NAMA SILIWANGI yang berkuasa di Kerajaan Pajajaran tanah Sunda kerap dikaitkan penamaan satu orang. Tapi beberapa referensi sejarah menyatakan, nama Siliwangi hanyalah nama gelar dan diyakini milik banyak penguasa saat itu.
Ada beberapa versi mengenai kata Siliwangi yang konon identik dengan kerajaan di tanah Sunda. Ada yang meyakini bahwa Siliwangi berjumlah 7, bahkan ada yang menyatakan sampai ada 12 orang yang bernama Siliwangi.
Sebab ada tafsiran kata Siliwangi itu merupakan gelar resmi raja Sunda atau Raja Pajajaran. Waktu itu setiap raja Pajajaran ada yang beranggapan disebut Siliwangi, sebagaimana dikutip dari "Melacak Sejarah : Pakuan Pajajaran dan Prabu Siliwangi", dari Saleh Danasasmita.
Konon kejadian seperti ini sama dengan anggapan orang Jawa pada tokoh Brawijaya, yakni sosok Raja Wijaya. Sesungguhnya Brawijaya hanya satu, yaitu yang mendirikan Majapahit yang dalam prasasti disebut Kartarajasa. Awal keberadaan nama raja diberi angka atau nomor yaitu pada masa Mataram yaitu pada gelar Amangkurat.
Kemudian gelar Pakubuwana atau dimulai pada Pangeran Puger, selanjutnya Hamengkubuwana. Orang yang memberi nomor pada Siliwangi umumnya adalah orang Sunda terpelajar (intelek), dan yang gemar pada mistik. Boleh jadi ada pula pengaruh dari sejarah Barat.
Pada babad yang mana pun, meskipun jalan ceritanya kerap berbeda, tokoh Siliwangi hanyalah satu. Kerap ada yang menyimpang karena keliru menganggap Siliwangi adalah raja Pajajaran penutup. Hal ini bisa dipahami lantaran dalam zaman Siliwangi agama Islam sudah menyebar di Tatar Sunda.
Menurut logika awam, masuknya Islam dianggap bersamaan dengan runtuhnya Pajajaran. Mereka memandang bahwa sejarah sama dengan cerita wayang. Sebab mengislamkan Pajajaran dianggap cukup dilakukan oleh tokoh Kian Santang atau Syarif Hidayatullah sendirian.
Menurut penelitian sejarah mutakhir, agama Islam sudah masuk ke Sumatera pada abad ke-7 atau sekitar tahun 600-an, zaman Khalifah Umar bin Khatab. Sedangkan Majapahit baru berdiri pada 1293, tujuh abad sesudah Islam mulai masuk ke Nusantara. Pada zaman Hayam Wuruk terbukti banyak penduduk di pusat kerajaan Majapahit yang sudah memeluk Islam.
Menurut Tome Pires, orientalis sekaligus penjelajah asal Portugis, pada tahun 1513 atau zaman Siliwangi di muara Cimanuk, meskipun pemimpinnya menganut agama "Pajajaran", rakyatnya banyak yang sudah memeluk Islam. Bahkan banyak yang tidak mengerti bahwa Subanglarang, isteri Siliwangi pun beragama Islam.
Kematian Siliwangi dalam Purwaka Caruban masih digambarkan secara dramatis. Sejak kematian Prabu Siliwangi hingga keruntuhan Pajajaran masih cukup panjang jalan cerita kerajaan Pajajaran. Menurut Carita Parahiyangan masih ada lima raja lagi yang memerintah Pajajaran.
(Awaludin)