JAKARTA - Pasukan Israel membajak dan mengambil alih kapal kemanusiaan yang mencoba menerobos blokade laut di Jalur Gaza. Kapal tersebut, bersama 12 awaknya, termasuk aktivis Greta Thunberg kini dibawa ke sebuah pelabuhan untuk dilakukan pemeriksaan.
Diketahui, kapal pesiar berbendera Inggris Madleen, yang dioperasikan oleh badan kemanusiaan pro-Palestina Freedom Flotilla Coalition (FFC), bertujuan untuk mengirimkan sejumlah bantuan simbolis ke Gaza, pada Senin (9/6/2025).
Menanggapi hal itu, Direktur Geopolitik Great Institute, Teguh Santosa berharap Presiden Prabowo Subianto segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan, untuk melonggarkan blokade Gaza oleh Israel dan membebaskan Greta Thunberg Cs.
"Indonesia menerima solusi dua negara sebagai jalan keluar yang paling kredibel untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan ini. Sudah semestinya kita mengingatkan Israel, dan Amerika Serikat yang selalu mendukung aksi teror Israel di Palestina, bahwa prinsip two state solution hanya efektif bila dibarengi penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan," ujar Teguh, Senin (9/6/2025).
Selain itu, lembaga think tank yang dipimpin Syahganda Nainggolan ini juga meminta Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) memberikan tekanan maksimal pada pemerintah Israel, yang dengan sengaja menutup akses bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza dan menculik Greta Cs.
Menurut Teguh, melihat veto terakhir Amerika Serikat di Dewan Keamaan PBB yang sebelumnya membahas gencatan senjata di Israel, masyarakat Internasional tidak dapat berharap banyak pada Dewan Keamanan PBB. Namun demikian, Majelis Umum PBB masih bisa diharapkan untuk menerbitkan resolusi mengecam blokade Israel dan penculikan aktivis kemanusiaan di kapal Madleen.
"Meskipun tidak memiliki kekuatan mengikat secara hukum, Resolusi Majelis Umum PBB dapat mempengaruhi perkembangan hukum Internasional di mana resolusi tersebut dapat menjadi cerminan dari nilai-nilai global yang diterima luas," pungkasnya.
(Awaludin)