TANGERANG SELATAN – Personel kepolisian menggerebek area Makam Keramat Tajug, Cilenggang, Serpong. Menurut informasi, di sana tengah berkumpul kelompok remaja yang membawa senjata tajam.
Keramat Tajug merupakan situs cagar budaya sekaligus tempat ziarah. Di sini dimakamkan putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten, yakni TB Raden Wetan Muhammad Atif atau yang lebih dikenal dengan nama TB Atif.
Panglima Perang Kesultanan Banten ini meninggal pada tahun 1721 karena sakit tua. Jenazahnya dikuburkan di dalam musala atau tajug kecil berukuran 8x8 meter. Di sampingnya tampak makam Ratu Ayu, adik kandungnya yang meninggal lebih dulu.
Namun, sakralnya lokasi makam ini tak dihiraukan oleh sekelompok pelaku tawuran. Mereka berkumpul dalam gelap sambil mempersiapkan rencana aksi tawuran yang akan dilakukan.
Kepanikan terjadi saat petugas tiba di akses masuk makam. Tiba-tiba, puluhan remaja itu berhamburan melarikan diri. Mereka kelabakan dan tidak menyangka tempat kumpulnya sebelum melakukan tawuran terendus petugas.
Petugas tak tinggal diam. Para personel Polsek Serpong itu memburu hingga menyisir ke beberapa sudut area makam. Total ada 54 remaja diamankan, termasuk sejumlah senjata tajam jenis celurit berukuran besar, 28 handphone, serta 25 unit sepeda motor.
"Kami amankan 54 orang yang tergabung dalam kelompok gabungan berbagai wilayah di lokasi," kata Kapolsek Serpong Kompol Suhandono, Minggu (10/08/25).
Mereka yang diamankan berasal dari berbagai wilayah seperti Cisauk Kabupaten Tangerang, Pagedangan Kabupaten Tangerang, Pamulang, Ciputat, hingga Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
Rata-rata mereka masih berstatus sebagai pelajar dengan rentang usia antara 14 hingga 18 tahun, meskipun ada pula beberapa yang berusia di atas itu dengan status sebagai pekerja atau pengangguran.
Menurut Suhandono, mereka digerakkan oleh remaja berinisial DU, admin dari salah satu akun media sosial yang kerap menjadi perantara aksi tawuran. Sayangnya, DU berhasil lolos dan masih menjadi target buruan polisi.
"Tugas dan perannya dalam mengelola atau mengorganisir kegiatan tawuran," ungkapnya.
Dikatakannya, kelompok itu berkumpul di area makam untuk menanti arahan selanjutnya: siapa lawan dan di mana titik tawuran. Beruntung, aksi tersebut lebih dulu digagalkan berkat informasi dari warga yang melaporkannya ke polisi.
(Fetra Hariandja)