JAKARTA — Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon hadir sebagai pembicara kunci dalam acara GREAT Lecture yang digelar oleh GREAT Institute di The Sultan Hotel and Residence, Jakarta.
Dengan mengusung tema “Polemik Kebudayaan Manusia Indonesia: Dunia Baru dan Kebudayaan Baru,” forum ini menjadi ajang strategis untuk menggali ulang akar dan arah kebudayaan Indonesia di tengah guncangan zaman dan perubahan global yang kian cepat.
Mengawali orasinya, Menbud Fadli mengutip apa yang pernah disampaikan oleh seorang intelektual, jurnalis, dan sastrawan besar, Mochtar Lubis, yang berpidato di Taman Ismail Marzuki 1977 tentang enam ciri-ciri manusia Indonesia.
Ia juga mengangkat kembali polemik kebudayaan yang telah mewarnai perjalanan kebudayaan Indonesia sejak 1930-an, termasuk karya monumental Nugroho Notosusanto serta dinamika kebudayaan yang melibatkan tokoh-tokoh besar, seperti Sutan Takdir Alisjahbana, H.B. Jassin, dan Sanusi Pane.
“Pidato dan kebijakan pada masa itu kemudian memunculkan satu polemik besar kebudayaan. Kebijakan ini membuka ruang bagi pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai masa depan manusia Indonesia, termasuk arah kebudayaan yang seharusnya ditempuh oleh bangsa ini," ujarnya.
Ia menambahkan, polemik adalah bagian dari dialektika. Di balik perdebatan, lahir kreativitas dan sintesis baru. Yang berbahaya justru jika masyarakat terlalu senyap, tidak ada polemik, tidak ada kemajuan.
Lebih lanjut, Menbud Fadli menekankan dua hal penting dalam upaya reinventing Indonesian identity, yakni pertama, Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keragaman (mega-diversity) dan kedua, Indonesia sebagai peradaban tertua di dunia.
“Soal keragaman, Indonesia tidak hanya negara dengan diversitas budaya, tetapi masuk kategori mega-diversitas budaya. Dengan lebih dari 2.200 warisan budaya takbenda yang tercatat nasional serta 16 yang terdaftar di UNESCO, potensi Indonesia sebagai episentrum budaya dunia masih sangat besar,” ujarnya.
Terkait peradaban tertua, lanjutnya, menurut data arkeologis, lebih dari 60 persen temuan Homo Erectus di dunia berasal dari Indonesia.
“Lukisan gua tertua di dunia, berusia lebih dari 51.000 tahun ditemukan di Maros dan dan kawasan karst Sangkulirang, Kalimantan Timur, yang diperkirakan berusia sekitar 40.000 tahun. Ini membuktikan bahwa Indonesia telah menjadi pusat peradaban sejak masa prasejarah,” tuturnya.
Dalam kesempatan ini, Menbud Fadli turut mengumumkan program penulisan sejarah nasional dari sudut pandang Indonesia, yang saat ini tengah dikerjakan oleh 112 sejarawan. Selain itu, Kementerian Kebudayaan telah menginisiasi program repatriasi benda-benda budaya dari luar negeri, termasuk 18.000 artefak dari Belanda, serta keris-keris dan manuskrip.
Sementara itu, Ketua Dewan Direktur GREAT Institute Syahganda Nainggolan mengatakan diskusi GREAT Lecture ini dilaksanakan untuk melakukan refleksi mendalam mengenai identitas dan peradaban Indonesia.
Syahganda mengungkapkan bahwa sebelum kemerdekaan, para pendiri bangsa kerap melakukan perbincangan serius mengenai jati diri bangsa, pertanyaan mendasar tentang “Kita ini sebenarnya bangsa apa, manusia seperti apa.” Dirinya mendorong diselenggarakannya kembali Kongres Kebudayaan.
Forum ini turut menghadirkan sejumlah tokoh nasional dari berbagai bidang yang memperkaya perspektif kebudayaan Indonesia masa kini dan mendatang.
Para pembicara antara lain Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian, Sosiolog dan Sastrawan Okky Madasari, pendiri Ubud Writers and Readers Festival Janet DeNeefe, Aktivis Studia Humanika ITB Alfathri Adlin, Ahli filsafat Muhammad Misbahudin, serta Pengamat Geopolitik dan Kebijakan GREAT Institute Hanief Adrian.
Mendampingi Menbud Fadli, turut hadir dalam forum ini, antara lain Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan Restu Gunawan, Staf Ahli Menteri Bidang Hukum dan Kebijakan Kebudayaan Masyithoh Annisa Ramadhani Alkatiri, Direktur Film, Musik, dan Seni Syaifullah Agam, serta Kepala Museum dan Cagar Budaya Abi Kusno.
Menutup orasinya, Menbud Fadli mengatakan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk memastikan bahwa warisan budaya Indonesia terpelihara dan dimanfaatkan secara optimal untuk memperkuat identitas nasional, perekat dan pemersatu bangsa, serta memperkaya peradaban dunia.
“Mari kita semua berperan aktif dalam melestarikan kebudayaan untuk membangun Indonesia yang lebih maju, kreatif, dan berdaya saing. Kita tidak boleh menjadi penonton dalam arus global ini," ucapnya.
"Kita harus menjadi pelaku, yang tidak hanya bertahan tetapi juga memberikan kontribusi pada peradaban dunia melalui kebudayaan yang khas Indonesia: terbuka namun berakar, modern namun berjiwa, global namun tetap lokal,” tuturnya.
(Agustina Wulandari )