PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron menunjuk loyalisnya, Sebastien Lecornu (39) sebagai perdana menteri, pada Selasa (9/9/2025). Lecornu merupakan mantan anak didik konservatif yang mendukung pencalonan presidennya pada 2017.
Terpilihnya Lecornu menunjukkan tekad Macron untuk melanjutkan pemerintahan minoritas yang tidak akan menghancurkan agenda reformasi pro-bisnisnya. Di mana, telah memangkas pajak bagi bisnis dan orang kaya serta menaikkan usia pensiun.
Namun, dalam sebuah langkah yang tidak biasa dalam politik Prancis, presiden telah meminta Lecornu untuk berunding dengan semua kekuatan politik di parlemen guna menemukan kompromi mengenai anggaran dan kebijakan lainnya sebelum membentuk kabinetnya.
"Presiden Republik telah mempercayakan saya tugas membangun pemerintahan dengan arah yang jelas: mempertahankan kemerdekaan dan kekuasaan kami, mengabdi kepada rakyat Prancis, serta stabilitas politik dan kelembagaan," tulis Lecornu di X dikutip Reuters.
"Saya ingin berterima kasih atas kepercayaan yang telah ditunjukkannya kepada saya dengan mengangkat saya sebagai Perdana Menteri," imbuhnya.
Lecornu akan menjadi perdana menteri kelima Macron dalam waktu kurang dari dua tahun setelah parlemen terpecah belah antara tiga kubu ideologis yang berseberangan, menggulingkan Francois Bayrou pada Senin atas rencananya untuk mengendalikan utang negara yang membengkak.
Pilihan Macron yang sangat tidak populer dalam menunjuk seorang loyalis berisiko di saat jajak pendapat menunjukkan para pemilih mulai kehilangan kepercayaan terhadap politik Prancis yang disfungsional.
Berita pengangkatannya disambut dengan cemoohan oleh partai-partai kiri yang menyerukan para pemilih untuk mengekspresikan ketidaksukaan mereka dalam protes "Block Everything" nasional pada Rabu.
Partai France Unbowed yang berhaluan kiri ekstrem mengatakan akan mengajukan mosi tidak percaya terhadap Lecornu. Meski, tampaknya tidak akan berhasil setelah Presiden partai National Rally (RN) sayap kanan ekstrem, Jordan Bardella, mengisyaratkan kesediaan sementara untuk bekerja sama dengan Lecornu dalam penyusunan anggaran – untuk saat ini.
Hal itu akan membuat Lecornu dan pemerintahannya bergantung pada kemauan RN, yang telah berperan penting dalam menjatuhkan Bayrou dan pendahulunya, Michel Barnier.
"Kami akan menilai - tanpa ilusi - Perdana Menteri yang baru berdasarkan kemampuannya, tindakannya, kebijakannya dalam menyediakan anggaran bagi Prancis, dan ini berdasarkan garis merah kami," tulis Bardella di X.
RN telah menyatakan tidak akan menoleransi kenaikan pajak bagi orang-orang yang bekerja keras. RN juga ingin menekan biaya imigrasi, pengeluaran tinggi oleh pegawai negeri sipil, dan kontribusi Prancis untuk Uni Eropa.
Lecornu terkadang mendapat perhatian dari pemimpin RN, Marine Le Pen, dan Bardella, yang dengannya ia mengadakan makan malam rahasia tahun lalu.
Prioritas utama Lecornu adalah mencapai konsensus mengenai anggaran untuk tahun 2026, sebuah tugas yang terbukti menghancurkan Bayrou yang telah mendorong pemotongan anggaran secara agresif untuk mengendalikan defisit yang hampir dua kali lipat dari pagu Uni Eropa sebesar 3% dari PDB.
Pergolakan politik minggu ini menunjukkan gejolak yang semakin dalam di Prancis, bahkan melemahkan ekonomi terbesar kedua di zona euro tersebut karena semakin terjerumus ke dalam kubangan utang.
Lecornu memasuki dunia politik dengan berkampanye untuk mantan Presiden Nicolas Sarkozy ketika ia berusia 16 tahun. Ia menjadi wali kota sebuah kota kecil di Normandy ketika ia berusia 18 tahun dan kemudian menjadi penasihat pemerintah termuda mantan Presiden Nicolas Sarkozy pada usia 22 tahun.
Ia meninggalkan partai konservatif Les Republicains untuk bergabung dengan gerakan politik sentris Macron ketika presiden tersebut pertama kali terpilih pada tahun 2017. Lima tahun kemudian, ia memimpin kampanye pemilihan kembali Macron.
Dengan menunjuk seorang menteri dari kubunya sendiri yang berlatar belakang konservatif, Macron tampaknya telah memutuskan untuk mempertahankan warisan ekonominya dengan segala cara.
Kaum sosialis telah berjanji untuk membalikkan beberapa kebijakan pro-bisnis andalannya, termasuk penghapusan pajak kekayaan dan peningkatan usia pensiun, rencana-rencana yang dianggap penting oleh presiden untuk membuat Prancis menarik bagi investor.
(Arief Setyadi )