KATHMANDU – Nepal resmi memiliki perdana menteri perempuan pertama dalam sejarah. Mantan Ketua Mahkamah Agung, Sushila Karki (73), dilantik sebagai perdana menteri sementara setelah gelombang protes anti-korupsi yang mematikan memaksa jatuhnya pemerintahan sebelumnya.
Berdasarkan lansiran dari BBC, Sabtu (13/9/2025). Karki diambil sumpah jabatannya dalam sebuah upacara singkat pada Jumat 12 September 2025 malam, setelah kesepakatan dicapai antara Presiden Ram Chandra Poudel dan para pemimpin protes. Penunjukannya datang setelah bentrokan keras antara massa dan polisi yang menewaskan lebih dari 50 orang sepanjang pekan ini.
Kerusuhan bermula dari kebijakan pemerintah melarang penggunaan platform media sosial. Meski larangan dicabut, aksi massa terlanjur meluas, hingga gedung parlemen dan kantor pemerintah di Kathmandu dibakar pengunjuk rasa pada Selasa (10/9). Perdana Menteri KP Sharma Oli pun akhirnya mengundurkan diri.
Sosok Karki dikenal luas sebagai figur bersih dan dihormati, serta mendapat dukungan kuat dari para pemimpin mahasiswa generasi muda atau Gen Z. Pemerintahannya diharapkan mampu meredam gelombang protes sekaligus memulihkan stabilitas politik Nepal.
“Tantangan terbesarnya adalah mengembalikan hukum dan ketertiban, membangun kembali gedung-gedung vital yang diserang, serta memastikan keadilan bagi para korban kerusuhan,” tulis laporan BBC.
Karki sendiri sudah turun langsung ke lapangan. Pada Selasa lalu, ia mengunjungi lokasi protes di Kathmandu yang sehari sebelumnya menelan 19 korban jiwa, sekaligus menyempatkan diri bertemu dengan para korban luka di rumah sakit.
Penunjukan Karki disebut sebagai hasil kompromi antara pemerintah, pemimpin protes, dan militer Nepal yang berperan sebagai mediator. Para pendukungnya, terutama dari kalangan muda, menyambut langkah ini dengan suka cita di media sosial, menyebutnya sebagai awal arah baru politik Nepal.
Lahir dari keluarga dengan ikatan kuat pada dinasti politik Koirala dari Partai Kongres Nepal, Karki kemudian menikah dengan politikus Durga Subedi. Ia meniti karier hukum hingga akhirnya menjadi Ketua Mahkamah Agung Nepal pada 2016, sebelum kini mencetak sejarah baru sebagai perdana menteri perempuan pertama negeri Himalaya itu.
(Awaludin)