PARIS - Perdana Menteri Prancis, Sebastien Lecornu, mengundurkan diri pada Senin (6/10/2025). Ia mundur meski belum 1 bulan menjabat.
Lecornu menjabat sebagai perdana menteri hanya selama 27 hari. Lecornu mengundurkan diri hanya 14 jam setelah mengumumkan kabinetnya.
Lecornu menyerahkan pengunduran dirinya kepada Macron pada Senin pagi.
"Bapak Sebastien Lecornu telah mengajukan pengunduran diri Pemerintahannya kepada Presiden Republik, yang telah menerimanya," kata kantor pers Istana Elysee, melansir Reuters.
Pengunduran diri yang cepat ini tidak terduga dan menandai krisis politik Prancis yang semakin dalam. Pengunduran diri ini terjadi setelah sekutu dan musuh mengancam akan menggulingkan pemerintahan baru.
National Rally yang berhaluan kanan ekstrem segera mendesak Presiden Emmanuel Macron untuk mengadakan pemilihan parlemen dadakan. France Unbowed yang berhaluan kiri ekstrem mengatakan Macron sendiri harus mundur.
Diketahui, Setelah berminggu-minggu berkonsultasi dengan berbagai partai politik, Lecornu, sekutu dekat Macron, telah menunjuk para menterinya pada Minggu. Mereka dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan pertama mereka pada Senin sore.
Namun, susunan kabinet baru tersebut telah membuat marah para lawan dan sekutu, yang menganggapnya terlalu sayap kanan atau tidak cukup sayap kanan. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang berapa lama kabinet ini akan bertahan, karena tidak ada satu kelompok pun yang memegang mayoritas di parlemen yang terpecah belah.
Keputusan Macron untuk mengadakan pemilihan parlemen cepat tahun lalu memperparah krisis dengan menghasilkan parlemen yang semakin terfragmentasi. Lecornu, yang baru dilantik bulan lalu, adalah perdana menteri kelima Macron dalam dua tahun.
"Tidak akan ada stabilitas kembali tanpa kembali ke pemungutan suara dan pembubaran Majelis Nasional," kata pemimpin National Rally, Jordan Bardella, setelah Lecornu mengundurkan diri.
"Lecornu mengundurkan diri. 3 Perdana Menteri dikalahkan dalam waktu kurang dari setahun. Hitung mundur telah dimulai. Macron harus mundur," kata Mathilde Panot, dari France Unbowed yang berhaluan kiri ekstrem.
(Erha Aprili Ramadhoni)