DEPOK – Dalam dialog yang digelar pemilik kos hunian eksklusif Duta Residence dengan warga, tercetus sebuah keinginan warga dan Pemerintah Kota Depok untuk mendorong Duta Residence agar mengubah konsep hunian. Warga menolak konsep yang selama ini diterapkan dengan memberlakukan tarif harian.
Ketua DKM Masjid Al Barokah yang berada disamping Duta Residence, Abdurrahman, mengatakan, tarif kontrakan atau tempat kos seharusnya diberlakukan secara bulanan atau tahunan bukan harian. Jika ingin tetap bertahan, kata Abdurrahman, Duta Residence harus mengubah konsep menjadi motel.
“Mana ada kost atau kontrakan sifatnya harian? Nanti kalau sudah menjadi motel, tetap saja pihak Duta Residence harus laporkan setiap tamu kepada RT dan RW, karena berada di tengah pemukiman warga, untuk menghindari hal–hal mesum,” katanya kepada wartawan saat berdialog di Kantor Kelurahan Mekarjaya, Depok, Selasa (05/01/10).
Sementara itu, pemilik Duta Residence Edi Faisal mengaku siap mengubah tempat usaha miliknya dari kontrakan menjadi motel. Namun, kata Edi, pihaknya harus mendapatkan rekomendasi dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Depok terlebih dahulu.
“Kami siap menyambut keinginan warga, akan kita ubah menjadi motel, kami akan temui pihak Pemerintah Kota, baik BPPT, Satpol PP, bahkan hingga walikota, karena saya sudah berulang kali menghubungi walikota, tapi tidak ada respon,” ujar Edi.
Sedikitnya, terdapat lima RT di RW 022 Kelurahan Mekarjaya, Sukmajaya, Depok yang menolak keberadaan Duta Residence. Hal itu disebabkan warga seringkali melihat pasangan muda–mudi yang diduga mesum keluar dari tempat tersebut, serta adanya lounge yang diduga berisikan minuman keras. (teb)
(Ahmad Dani)