Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kota Bebas Karbon Dibangun di Abu Dhabi

Koran SI , Jurnalis-Senin, 29 Maret 2010 |09:34 WIB
Kota Bebas Karbon Dibangun di Abu Dhabi
Foto: Corbis.com
A
A
A

MASDAR - Kota bebas karbon pertama di dunia sedang dibangun di Masdar, Abu Dhabi. Kota itu didesain, tidak hanya tanpa mobil dan gedung pencakar langit, tapi juga digerakkan oleh matahari.

Uni Emirat Arab (UEA) yang kaya minyak itu merupakan tempat terakhir yang mungkin anda harapkan untuk belajar tentang kehidupan rendah karbon. Tapi munculnya kota ramah lingkungan Masdar akan menjadi guru bagi dunia. Sekilas, kondisi lanskap Abu Dhabi sepertinya menjadi tempat tergila untuk membangun kota apa pun.

Dataran gurun pasir luas yang tidak ramah, meyakinkan semua orang bahwa satu-satunya cara untuk bertahan hidup di sana ialah dengan dukungan teknologi maksimal, seperti hidup di bulan. Karena itulah, konsep Kota Masdar ini dirancang secara serius dengan mengombinasikan teknologi Abad 21 dan arsitektur gurun pasir tradisional untuk menciptakan kota tanpa karbon yang nyaman dan tentu saja, kota itu sedang dibangun.

Bagaimana bentuk Masdar yang akan datang? Gedung-gedung tetap berdiri di Masdar, namun dengan konstruksi bangunan yang berbeda. Para arsitek handal yang dikumpulkan di Masdar akan membangun gedung-gedung modern berarsitektur gurun tradisional. Istilah ini terasa asing di telinga masyarakat awam.

Hal yang jelas, gedung berstruktur gurun tradisional akan memberikan kenyamanan bagi masyarakat Masdar. Konstruksi bangunan seperti ini bebas dari karbon. “Masdar akan menjadi rumah bagi 50. 000 orang, sedikitnya 1. 000 tempat bisnis dan sebuah universitas, ”ungkap pemerintah Abu Dhabi. Untuk mewujudkan Kota Masdar yang bebas karbon, pemerintah mengajak firma arsitek asal Inggris, Foster and Partners.

Seluruh biaya pengerjaan Kota Masdar ditanggung oleh Sheikh Khalifa bin Al Nahyan. Untuk menyelesaikan Masdar, Al Nahyan harus mengeluarkan uang sebesar USD15 miliar atau Rp136 triliun. Mewujudkan Kota Masdar menjadi kota yang bebas karbon bukan hal yang mudah. Foster and Partners mesti mengubah ancaman terbesar di gurun pasir, matahari, menjadi aset terbesar mereka.

Mereka telah membangun teknologi pembangkit listrik tenaga sinar matahari terbesar di Timur Tengah untuk memenuhi kebutuhan warga kota. Tentu saja, pembangkit listrik itu akan dimanfaatkan untuk meniadakan pembakaran bahan bakar minyak selama proses konstruksi. Arsitek yang tergabung dalam Foster and Partners terus mengupayakan rencana-rencana mutakhir demi kesempurnaan Masdar.

Mereka mengerjakan proyek cermin sirkuler yang diletakkan di atas tanah. Cermin ini diletakkan dalam posisi tertentu untuk memantulkan cahaya matahari. Semua pantulan sinar matahari itu mengarah ke satu menara yang diletakkan di tengah. Sinar matahari yang terkumpul itu akan menghasilkan uap panas untuk menggerakkan generator listrik. Para pakar dari beberapa negara yang tergabung dalam proyek tersebut merasa bangga dengan hasil pekerjaan mereka.

Mereka mengukur panas cahaya yang diserap cermin dan memastikan level energi listrik yang mampu diproduksi dengan sistem tersebut. Namun, sebaiknya jangan berdiri terlalu lama di dekat cermin sirkuler, karena bisa terpanggang panasnya sinar matahari. Masdar bukan sekadar kota bebas karbon. Semua orang yang terlibat dalam penyelesaian Kota Masdar harus siap berkorban, baik waktu, biaya, tenaga dan siap terbakar cahaya matahari.

Kepala arsitek pembangunan Masdar, Gerard Evenden, yakin proyek kota tersebut merupakan langkah yang tepat. “Apa yang terjadi di Abu Dhabi ini merupakan awal untuk menciptakan Lembah Silikon energi yang terbarui, ” ujarnya. Selama ini, UEA telah menjadi salah satu negara yang menikmati bom pembangunan gedung paling spektakuler dunia yang didanai dari pendapatan minyak. UEA juga telah sangat tergantung dengan pendingin udara.

Namun, Masdar akan menjadi kota dengan suhu yang rendah dan karbon yang rendah pula. Bagian dari solusi rendah karbon itu terasa saat orang berjalan di dalamnya. Ya, anda berjalan “di dalamnya” karena ini merupakan satu kota yang dikelilingi tembok, sebagai pembatas. Kondisi ini membuat Masdar terlihat seperti kota-kota Arab kuno. Jalan-jalan dibuat sempit supaya semua gedung saling menaungi.

Dinding dan atap juga akan dibangun sedemikian rupa untuk menghalau panas. Jika dilihat dari atas, konsep kota itu memang mirip seperti terracotta yang melindungi dari sinar matahari, tapi tetap ada angin sepoi-sepoi berhembus masuk. “Teknologi bulan sudah mempengaruhi pikiran kita, ” papar Evenden. Menurut Evenden, para arsitek menggunakan lapisan timah timis untuk menutup permukaan, selimut gas atau vakum, untuk menjaga panas keluar. Ide tersebut dari struktur dasar di bulan.

Untuk mendorong angin sepoisepoi, menara-menara angin dibangun, mendorong panas melalui jalanan tanpa menggunakan energi. Masdar akan tetap menggunakan listrik untuk peralatan rumah tangga, pengatur suhu udara, dan paling penting, untuk menyuling air laut. Tapi saat membicarakan energi, kota ini memiliki mantra sederhana. “Hanya gunakan energi saat anda memiliki desain untuk tempat pembuangan gas, ” paparnya. (BBC/Rtr/anastasia ika)

(Rani Hardjanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement