SIDOARJO - Kondisi penurunan tanah (subsidence) di sekitar pusat semburan lumpur Lapindo memprihatinkan. Satu per satu rumah warga akan amblas masuk dalam bumi jika semburan lumpur tak kunjung berhenti.
Seperti yang terjadi hari ini rumah alm H Abdurrokhim di Jatirejo Barat RT 02/01, Kecamatan Porong, amblas sedalam 3 meter. Dapur rumah, tokoh Muhammadiyah Jatim ini ditelan bumi.
Posisi dapur lepas dari bangunan induk. bangunan amblas bertahap hingga tiga kali. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian, karena rumah itu dalam keadaan kosong setelah ditinggal penghuninya sejak 3 tahun lalu.
Amblasnya rumah tersebut diketahui pertama kali oleh Marroh (58), istri Abdurrokhim. Sekitar pukul 06.00 WIB, saat membersihkan rumah melihat lantai dapur tiba-tiba retak.
Meski tidak menempati rumah itu, Marroh rutin membersihkan rumahnya. Termasuk pagi itu, dia melihat dapur rumahnya amblas ditelan bumi.
Nailatus Shofi, anak Marroh, mengatakan setelah ibunya melihat dapur amblas, langsung memberitahunya. “Saya langsung kesini (Jatirejo Barat) dan melihat rumah sudah ambles,” ujar perempuan yang kini tinggal di Desa Suko, Kecamatan Sukodono, Rabu (2/6/2010).
Amblasnya dapur terjadi sekitar pukul 12.25 WIB. Namun sebelumnya didahului dinding dapur yang roboh sekira pukul 10.00 WIB.
Beberapa warga yang mengetahui kejadian tersebut berdatangan ke lokasi. Termasuk sejumlah petugas BPLS yang mendengar kabar itu juga langsung ke lokasi kejadian.
“Petugas BPLS dan polisi yang datang ke lokasi, kemudian memasang police line. Amblasnya bangunan itu dikarenakan penurunan tanah (subsidence),” ujar Kepala Humas BPLS Akhmad Zulkarnain saat di lokasi kejadian.
Jarak rumah ayah kandung Mirdasy, mantan anggota DPRD Jatim itu berjarak sekitar 500 meter arah barat dari pusat semburan lumpur Lapindo.
Zulkarnain menambahkan, di kawasan sekitar pusat semburan memang rentan terjadinya penurunan tanah. Dia mencontohkan, di pusat semburan, penurunan tanah rata-rata 10 centimeter per hari.
Sedangkan kawasan Jatirejo Barat selama ini belum masuk peta terdampak lumpur. Sehingga sampai saat ini warganya belum mendapat ganti rugi. Selain Jatirejo Barat, Siring Barat dan Mindi yang kawasannya sudah tidak layak huni juga belum mendapatkan ganti rugi.
Sejak terjadinya semburan lumpur, di tiga kawasan itu terjadi penurunan tanah dan muncul semburan baru (bubble). Selain itu kondisi rumah warga-warga juga retak-retak. “Sudah tahu wilayah kami tidak layak huni, tapi pemerintah tutup mata dan tidak segera memberi ganti rugi,” ujar Iwan Susanto, warga Jatirejo Barat.
Selain rumah Abdurrokhim, di tiga kawasan itu ada dua lagi rumah warga yang ambruk karena subsidence. Sebelumnya, rumah Sulkan di Siring Barat juga ditelan bumi karena subsidence. Pria yang berprofesi sebagai penjahit pakaian itu juga belum mendapat ganti rugi.
Kemudian rumah milik Oki Andriyanto di RT 03/01, Siring Barat, juga amblas, setelah selama hampir 25 hari muncul semburan di samping rumah. Sejauh ini rumah Oki belum mendapat ganti rugi.
(Anton Suhartono)