KULONPROGO - Isak tangis mengiringi pemakaman Supriyadi (30) anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang menjadi korban keganasan letusan Gunung Merapi.
Ratusan orang, kemarin siang memenuhi rumah duka yang terletak di Pedukuhan Bunder, Banaran, Galur Kulonprogo. Supriyadi merupakan satu dari lima relawan yang meninggal ketika menjalankan tugas.
Jenasah Supriyadi, dimakamkan sekitar pukul 17.00 WIB, Selasa (9/11/2010). Korban sebelumnya ditemukan tewas, Senin, 8 November di wilayah Glagaharjo, Cangkringan, Sleman bersama beberapa relawan lain. Hanya saja jasad Supriyadi baru berhasil diidentifikasi keluarga, kemarin siang. Saat itu juga jenasah dibawa pulang untuk dimakamkan di makam Bunder, Banaran.
Supriyadi, diperkirakan tewas pada Jumat (5/11) siang. Sekitar pukul 10.00 WIB, korban bersama dengan rekan satu posko masih saling berkomunikasi dengan posko induk. Sekira pukul 13.00 WIB, posko induk kehilangan kontak. Baik dari handy talky maupun melalui telepon genggam para relawan yang diterjunkan.
Rekan satu posko, Budi Santoso menuturkan ada enam anggota tagana yang satu posko dengan Supriyadi. Saat kejadian mereka bertugas di posko Glagaharjo, Cangkringan. Mereka adalah Supriyadi, Jupriyanto, Samiyo, Ariyanto dan Slamet Tukiman, serta dirinya. Kelima relawan ini semuanya ditemukan meninggal di lokasi kejadian. Hanya Slamet Tukiman yang terpisah karena sedang berada di luar posko. “Saat itu saya sedang pulang untuk ganti pakaian,” jelas Budi Santoso.
Menurutnya, malam hari sebelum kejadian memang para relawan ini bekerja cukup keras. Mereka harus mengevakuasi warga menyusul luncuran awan panas ke wilayah Cangkringan. Para relawan ini sendiri diberi tugas untuk menjaga logistik di posko Cangkringan. Mungkin karena terlalu lelah mereka tertidur dan tersapu awan panas. Sebab beberapa saat sebelum awan panas, mereka dipanggil tetapi tidak menyahut.
“Tidak ada firasat apapun, dia, cukup bersemangat dalam menjalankan tugas sebagai relawan,”pungkas Budi.
Koordinator Tagana Kulonprogo Bimo Prasetyo mengatakan di Kulonprogo ada 180 orang anggota Tagana. Almarhum merupakan tim inti Tagana DIY, bersama tujuh orang lain dari Kulonprogo. Dia sudah diterjunkan sejak Merapi statusnya ditingkatkan menjadi awas.
Menurutnya, meninggalnya relawan Tagana menjadi pukulan berat. Sebab Supriyadi merupakan anggota Tagana yang cukup berdedikasi tinggi. Sejak dibentuk, dia selalu aktif mengikuti kegiatan sosial membantu korban bencana.
“Musibah ini tidak akan menyurutkan Tagana untuk membantu korban Merapi,” jelas Bimo. Justru anggota semakin mantap menjalankan tugas membantu sesama. Apalagi bagi kroban merapi yang ada di pengungsian.
(Ferdinan)