'Lebih Baik Jadi SPG, Daripada Jadi Lady Escort'
JAKARTA - Berdiri berjam-jam sambil menawarkan produk membuat Risa terlihat lelah hari itu. Mahasiswi semester akhir disebuah perguruan tinggi ternama di Jakarta ini untuk pertama kalinya menjadi SPG produk kesehatan di Pekan Raya Jakarta yang berakhir tadi malam. Sebelumnya wanita 23 tahun ini juga sempat bergabung pada sebuah agency modelling.
“Saya jadi SPG untuk ngisi waktu luang saja, lagiankan lumayan hasilnya bisa buat ditabung,” kata Risa kepada okezone di arena Jakarta Fair, Jakarta, Minggu (10/7/2011) malam.
Wanita berkulit putih ini berpendapat, menjadi seorang SPG adalah pekerjaan yang mulia dibandingkan harus menjadi lady escort atau model plus-plus.
“Ngapain saya harus jadi seperti itu lebih baik saya jadi SPG, walaupun bayarannnya tidak besar,” tandasnya.
Dia juga tidak menampik ada SPG yang bisa dijadikan teman kencan bagi pria berkantong tebal.
Menurut wanita berambut panjang tersebut, dirinya dibayar Rp150 ribu perhari dan hanya mendapatkankan Rp125 ribu karena dipotong oleh agency tempat Risa bernaung.
Dia mengatakan, hampir setiap hari dirinya digoda oleh calon konsumen. Hal klasik yang selalu ditanyakan adalah nomor HP dan pin BB.
“Yah biasa sih mas, kerja kaya gini risiko digodain orang, kalau saya sih selalu ramah saja dengan mereka,” tandasnya.
Setelah Jakarta Fair berakhir, Risa pun kembali ke rutinitasnya sehari-hari menjadi seorang mahasiswi. Namun, jika ada event-event tertentu, dia pun kembali menjadi SPG. Di Jakarta Fair, tahun ini terdapat 6000 SPG yang tersebar diberbagai stand-stand. Selain cantik, mereka pun terlihat pintar menjajakan produknya kepada konsumen.
(Insaf Albert Tarigan)
