DEPOK - Kreativitas di dunia ini tak lepas dari penggunaan bahasa. Dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan Malaysia, hubungan diplomatik berjalan baik karena ditunjang dengan bahasa Melayu.
Menteri Informasi, Komunikasi, dan Kebudayaan Malaysia, Dato' Seri Utama Rais Yatim menilai, banyak perbedaan struktur dan perbendaharaan kata antara bahasa Melayu Malaysia dengan Indonesia.
"Tapi tak terlalu beda dengan Britain dan USA. Karena itu penduduk kita senang berasimilasi. Misalnya, kita berkomunikasi begini. Saya lapar, cinta, haus, kita semua masing–masing paham," ujarnya dalam Kuliah Umum di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI), Kamis (8/3/2012).
Rais menambahkan, sebagian besar struktur, grammar, telah dicantumkan dengan ejaan, sehingga kesatuan itu banyak manfaat antara kedua belah pihak.
"Walaupun Bahasa Inggris sudah mendunia, tapi kita harus tetap menjaga keutuhan bahasa kita. Mungkin kita tak seluas Bahasa Inggris dan Mandarin, namun 300 juta pemakai bahasa Indonesia dan Melayu tak akan ditelan jaman," tegasnya.
Dia mencontohkan, bahasa Rusia menjadi bahasa dunia. Karena itu bahasa Melayu juga harus mampu menjadi bahasa dunia.
"Kita harus jadikan bahasa kita sebagai bahasa dunia. Tapi bisa ditertawakan juga, bagi kita untuk menyatakan sekira 300 juta penutur bahasa Indonesia dan Melayu, harusnya bisa dipergunakan dalam hubungan diplomasi, seni, penciptaan sains, dan terminologi," paparnya.
Dalam hal film, kata dia, Melayu mungkin lebih hebat. "Ada pepatah mengatakan, 'Menyanyilah, maka aku paham lirikmu. Menarilah, maka aku paham lenggokmu. Bertuturlah, maka aku paham bahasamu,'" jelasnya sambil disertai riuh tepuk tangan peserta kuliah umum.
Apalagi, dalam konteks agama, Islam membuat hubungan Indonesia dan Malaysia semakin intim dan kekal. "Bagaimana hubungan rakyat dengan rakyat diperjuangkan. Satu kesamaan dan penjiwaan paling kekal, sekali pun tetap ada kisruh, namun prinsip-prinsip persaudaraan tetap dijunjung," tandasnya.
(Rifa Nadia Nurfuadah)