JAKARTA – Keberadaan “ayam kampus” di kalangan mahasiswa hingga kini sulit untuk dibuktikan. Mereka tidak bisa dikenali, sebab, pada dasarnya mereka adalah orang biasa yang sama dengan mahasiswa lainnya.
"Ayam kampus tidak ada tandanya. Antara orang baik dan orang jahat tidak tertulis di dahinya. Kalau kami tahu dan mengenali mereka, tentu bisa diajak biacara," papar Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Bachnas, saat berbincang Okezone mengenai fenomena ayam kampus, Jumat (1/2/2012).
Kondisi itulah yang, menurutnya, membuat para pendidik sulit untuk melakukan penyuluhan atau konseling.
Untuk mengantisipasi munculnya fenomena ayam kampus, UII Yogyakarta Bachnas mengaku selalu berupaya melakukan penyuluhan baik dalam kegiatan formal maupun informal. Bahkan, pencegahan tersebut telah dilakukan sejak dini terhadap mahasiswa baru.
"Kami selalu memberikan penyuluhan mengenai norma-norma kehidupan baik secara terjadwal maupun dosen. Mahasiswa baru UII akan mendapatkan pola pengembangan mahasiswa, perangkat disiplin mahasiswa, pendidikan keagamaan, dan pesantren. Ini berlangsung setiap tahap, bahkan hingga KKN. Selain upaya formal, kami pun memberitahukan kepada dosen untuk menyampaikan norma kehidupan saat mengajar," papar.
(Margaret Puspitarini)