Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

"Ayam Kampus" Lahir di Klub-Klub Era Orde Baru

Margaret Puspitarini , Jurnalis-Jum'at, 01 Februari 2013 |17:42 WIB
Ilustrasi diskotik (Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Fenomena “ayam kampus”bukanlah hal baru yang terjadi di lingkungan perguruan tinggi. Pasalnya, keberadaan “ayam kampus”telah hadir di kalangan mahasiswa bahkan sejak Orde Baru.  
Demikian, disampaikan Sosiolog asal Universitas Indonesia (UI) Johannes Frederick Warouw terkait kembali maraknya fenomena “ayam kampus”di kalangan mahasiswa. Johannes menyebutkan, ada beberapa alasan mengapa mahasiswa memilih menjadi seorang ayam kampus.
 
"”Ayam kampus”bukan sekadar seks bebas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan mahasiswa saya, ada beberapa mahasiswa yang menjadi “ayam kampus”untuk tambahan cari uang untuk kuliah," papar Johannes ketika berbincang dengan Okezone melalui telepon, Jumat (1/2/2013).
 
Dia menjelaskan, fenomena “ayam kampus” selalu mengalami siklus tertentu. Dalam jangka waktu tertentu fenomena tersebut menjadi marak kemudian pun meredup dengan sendirinya. "“Ayam kampus” ini bersifat musiman. Ada suatu masa fenomena ini marak dan satu masa meredup," jelasnya.
 
Menurut Johannes, fenomena “ayam kampus” sudah terjadi sejak lama. Fenomena ini tumbuh subur seiring berjamurnya usaha kafe atau club malam. "Kemunculan “ayam kampus” telah ada sejak Orde Baru, yakni dengan adanya diskotik Tanah Abang Timur (Tanamur). Selain itu ada film Kampus Biru yang menceritakan tentang kehidupan mahasiswa yang menjadi seorang ayam kampus. Itu bukti jika “ayam kampus”telah ada sejak dulu," urainya.
 
Johannes menegaskan, “ayam kampus” akan tetap ada di berbagai kampus. Meskipun keberadaan mereka dalam jumlah yang sangat kecil, yakni 0,5-1 persen. "Saya kira jumlah 0,5-1 persen itu akan tetap ada, tidak bisa dihilangkan dan menjadi fenomena yang ada di masyarakat," imbuh Johannes.
 
Namun, lanjutnya, untuk menekan pertumbuhan “ayam kampus” di kalangan mahasiswa diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak. "Untuk menekan dan menghilangkan fenomena “ayam kampus”itu tergantung individu, kampus, dan masyarakat sekitar," urainya.

(Margaret Puspitarini)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement