JAKARTA - Setelah melepas jabatannya sebagai Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri) Komjen Pol Nanan Sukarna, mengaku berkeinginan menjadi calon presiden (Capres).
Namun, Nanan sangat mengerti untuk maju sebagai capres saat ini sangat berat sekali. "Sekarang itu nyapres mesti punya uang, mesti punya massa dan partai. Sedangkan, saya enggak punya uang dan enggak punya partai," kata Nanan kepada wartawan di Teras Kita, Jakarta, Senin (29/7/2013).
Terkait masalah pemimpin, Nanan memiliki penilaian tersendiri. Menurutnya, memimpin itu bukan hanya menjadi presiden, namun juga pemimpin di semua level.
"Pemimpin itu harus mau menyengsarakan diri. Nah sekarang korupsi nggak boleh dan gratifikasi nggak boleh. Sudah nggak ada lagi. Mau ngapain kalo niatnya cari kekuasaan, atau nyari kekayaan pasti bermasalah ujungnya. Kalo niatnya cari kekuasaan atau nyari kekayaan tinggal tunggu waktunya, jadi ngapain?" paparnya.
"Jadi niatnya menyengsarakan diri, artinya berkorban jiwa, raga, waktu, tenaga dan fikiran. Tapi korupsi kena juga. Kalau menyengsarakan diri kenapa harus bayar? Kenapa harus keluar uang banyak? Dan kenapa minta dipilih, orang menyengsarakan diri kok," lanjutnya.
Sehingga, kata dia, pemimpin itu haruslah yang terbaik dengan cara merangkul yang kalah agar mendapatkan dukungan. "Jadi kuat negara dan semuanya. Kalau saya sih mau jadi presiden ayo, mau jadi sopir busway juga ayo," candanya.
Saat dikonfirmasi mengenai kabar kedekatannya dengan PDIP, Nanan tampak enggan berkomentar. "Enggak ada, semua partai deket sama saya dan semuanya komunikasi," jelasnya.
Lebih lanjut, Jenderal Bintang Tiga yang akan pensiun pada 1 Agustus mendatang, mengaku banyak dibujuk untuk maju sebagai calon anggota legislatif (Caleg). "Banyak yang minta saya nyaleg, saya bilang saya enggak mau nyaleg, tapi maunya nyapres. Makanya semua enggak mau dukung kan," pungkasnya.
(Catur Nugroho Saputra)