JAKARTA - Jusuf Kalla (JK) digadang-gadang akan mendampingi calon presiden (capres) Joko Widodo alias Jokowi dalam pertarungan pemilihan umum presiden (pilpres) 9 Juli 2014 mendatang.
Peneliti senior Founding Father House (FFH) Dian Permata, mengatakan tampilnya JK di pentas Pilpres 2014 tanpa dukungan Partai Golkar dinilai sebagai langkah berani.
"Artinya ini kali kedua JK melakukannya seperti pada Pilpres 2004. Bedanya, ketika menang Pilpres 2004, JK bisa ambil komando Partai Golkar," ungkap Dian saat berbincang dengan Okezone, Minggu (18/5/2014).
Namun, Dian menilai, kesuksesan JK di 2004 tak akan bisa terulang di 2014. "Sebab, andaikan menang di Pilpres 2014, maka sulit bagi JK untuk ambil alih Partai Golkar. Karena, di Partai Golkar seperti ada aturan tersirat bahwa tidak ada ketua umum menjabat dua kali. Hal itu dikarenakan Partai Golkar adalah partai kader," paparnya.
Sementara, Dian menyarankan sebaiknya JK mengedepankan hasrat untuk membangun bangsa ketimbang hasrat berkuasa. Dengan begitu Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu, layak dikatakan seorang negarawan.
"Namun, jika dalam perjalanannnya kelak nanti menyimpang dari hasrat keinginan publik itu maka JK sama saja telah membunuh harapan publik tentang terpilihnya pemimpin idaman seperti yang selama ini telah dinantikan," pungkasnya. (fid)
(Ahmad Dani)