 
                BEIJING - China menganggap Vietnam melakukan pemalsuan sejarah negara, menyusul klaimnya terhadap pulau Xisha, di Laut China Selatan. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China, Qin Gang membantah klaim tersebut.
“Komentar mereka menunjukan pemalsuan sejarah negara, penolakan kebenaran, inkonsistensi dan pengkhianatan,” ucap Qin, seperti dikutip dari Xinhua, Selasa (27/5/2014).
Menurut Qin, orang-orang China menemukan Kepulauan Xisha sejak zaman Dinasti Han. Dokumen sejarah menunjukkan, China melakukan aktivitas perdagangan di sekitar Kepulauan Xisha sejak zaman Dinasti Tang dan Song.
Pada abad ke-13 saat Dinasti Yuan berkuasa, seorang astronom China, Guo Shoujing juga mendirikan sebuah observatorium di Kepulauan Xisha.
Berdasarkan bukti sejarah, pemerintah China menganggap kepulauan tersebut jelas bagian dari wilayah China. Sebelumnya pada 1956, seorang pejabat senior Kemlu Vietnam mengatakan kepada Kedutaan Besar China di Vietnam bahwa Kepulauan Xisha merupakan bagian dari wilayah China.
Namun menurut Qin, pengakuan dan penghormatan kedaulatan China oleh Vietnam hanya sampai 1970. Sampai saat ini Vietnam sudah mengklaim dua kepulauan yang diklaim oleh kedua negara tersebut yakni pulau Paracel dan Xisha.
Qin juga menegaskan Pemerintah China akan bertekat untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayahnya.(ang)