Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Seruan Setop Masa Orientasi dengan Kekerasan

Margaret Puspitarini , Jurnalis-Senin, 11 Agustus 2014 |18:12 WIB
Seruan Setop Masa Orientasi dengan Kekerasan
Seruan Setop Masa Orientasi dengan Kekerasan (Ilustrasi Foto : Marieska HV/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Aksi kekerasan dalam ospek maupun Masa Orientasi Sekolah (MOS) yang terus berulang tentu menimbulkan rasa takut terhadap pelajar maupun mahasiswa baru. Padahal MOS maupun ospek memiliki dampak positif bagi para pelajar atau mahasiswa yang memasuki dunia baru.

Peringatan untuk menghentikan kekerasan dalam ospek atau MOS telah datang dari berbagai kalangan. Mulai dari pihak sekolah atau kampus hingga pemerintah, termasuk Presiden.

Dua tahun lalu, Presiden SBY memberi larangan tegas kepada institusi pendidikan untuk menyelenggarakan MOS atau ospek berbau kekerasan. Dia menilai, mendidik calon pemimpin bangsa bukan dengan kekerasan yang dapat menyebabkan cacat fisik apalagi kematian.

"Budaya kekerasan harus dihilangkan! Pastikan masa orientasi tidak memuat unsur kekerasan. Selain Kemendikbud, sekolah-sekolah juga harus melakukan pembenahan. Mendidik para calon pemimpin bangsa tidak dengan kekerasan apalagi hingga mengakibatkan cacat bahkan kematian," ujar SBY.

Hal itu dikuatkan dengan pernyataan Dirjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Ahmad Jazidie, belum lama ini. Dia menjamin, sekolah yang masih menerapkan kekerasan dalam MOS akan mendapatkan sanksi.

"Kepala sekolah dan guru yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan MOS. Bukan diserahkan kepada siswa senior. Sanksi seperti lazimnya tergantung tingkat pelanggaran, baik ringan, sedang, dan berat. Paling berat bisa pembebasan jabatan bagi kepala sekolah," papar Jazidie.

Komitmen untuk melaksanakan ospek tanpa kekerasan pun disanggupi oleh institusi pendidikan, salah satunya adalah Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UGM Iwan Dwiprahasto menyebut, ospek yang dilakukan UGM pada 18 Agustus mendatang didesain untuk menciptakan suasana  dan kondisi yang anti bullying, anti kekerasan, humanis, dan bermartabat.

"Tentu saja, jika semua dimulai dengan kekerasan maka yang muncul kemudian adalah budaya kekerasan. Karenanya ada tiga hal yang ingin saya pesankan, mari kita bangun calon pemimpin ini dengan cara yang bermartabat. Kita bangun mereka dengan jiwa kreatif punya confidence yang baik," imbuh Iwan.

(Margaret Puspitarini)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement