Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Bung Karno Lengser, Soeharto Dilantik di Istora

Randy Wirayudha , Jurnalis-Kamis, 26 Maret 2015 |07:40 WIB
Bung Karno Lengser, Soeharto Dilantik di Istora
Soeharto diambil sumpahnya sebagai Presiden RI kedua pada 26 Maret 1968 (Foto: Wikipedia)
A
A
A

SURAT Perintah 11 Maret (1966) atau yang dikenal sebagai “Supersemar”, jadi garis start buat Letjen Soeharto beberapa dekade silam untuk naik ke tangga kekuasaan.

Lewat Supersemar itu pula, keabsolutan kekuasaan Soekarno mulai tergerogoti dan digantikan secara resmi oleh Soeharto sebagai Presiden RI kedua pada hari ini, 26 Maret 47 tahun yang lalu.

Seketika mendapati mandat Supersemar, Soeharto tak hanya beraksi di “lapangan” untuk membasmi antek-antek Partai Komunis Indonesia (PKI), partai yang dianggap sebagai dalang Gerakan 30 September (G30S).

Soeharto juga unjuk aksi di parlemen. Baik di Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) maupun Dewan Perwakilan Rakyat-Gotong Royong (DPR-GR), semua anggota dewan dari anasir sayap kiri dibersihkan.

Sekira 62 anggota DPR-GR dari PKI dikosongkan paksa. Sejak fraksi PKI dibekukan, DPR-GR hanya berisikan 221 anggota dewan.

Ketika laporan pertanggungjawaban Soekarno ditolak parlemen, MPRS lewat Sidang Istimewa, menunjuk Soeharto untuk sementara menduduki kursi pejabat presiden/mandataris, pada 12 Maret 1967.

Uniknya, penunjukan Soeharto itu tidak dilakukan di gedung parlemen, melainkan di Istora Senayan. Dalam sidang itu, MPRS juga menetapkan pencabutan kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno (Tap MPRS No.XXXIII/MPRS/1967).

Dalam buku “Dwifungsi ABRI Dalam Sistem Politik Indonesia Pada Masa Pemerintahan Soeharto”, Presiden RI kedua itu memberi kesempatan pada ABRI (sekarang TNI) untuk ikut berpolitik.

Soeharto dikatakan ingin memberikan imbal balik bagi para perwira militer yang ikut menumpas PKI, dengan disediakan posisi strategis pula dalam pemerintahan eksekutif. Dengan begitu, Soeharto merasa lebih mudah melakukan serangkaian kebijakannya, mengingat karakteristik militer yang tunduk pada atasan.

Namun baru setahun kemudian setelah ditunjuk sebagai Presiden/Mandataris, Soeharto dilantik secara resmi dan diambil sumpahnya sebagai Presiden RI kedua, pada 26 Maret 1968, tanpa didampingi adanya jabatan Wakil Presiden.

Fase itu jadi permulaan pemerintahan Orde Baru yang bertahan sekira 32 tahun, hingga berakhirnya rezim “The Smiling General” yang runtuh pada Mei 1998.

(Randy Wirayudha)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement