Friksi itu terjadi ketika Ahmad Yani masih menjabat Deputi KSAD, diangkat Soekarno menjadi Kepala Staf KOTI (Komando Tertinggi), tidak melalui Nasution sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata (KASAB) saat itu.
Hanya, keluarga Jenderal Yani sempat terkejut pada KSAU Omar Dhani ketika terjadi peristiwa G30S yang menimbulkan korban ayah mereka. Omar Dhani menyatakan dia berada di balik gerakan tersebut.
“Ketika peristiwa 1 Oktober itu Pak Harto sebagai Pangkostrad minta dukungan semua angkatan, cuma Omar Dhani yang enggak mau. Dia bilang berada di belakang G30S. Tapi di kemudian hari dari pernyataan putranya (Feri Omar Nursaparyan), itu sebenarnya kesalahan laporan dari bawahannya. Tapi itu sudah risikonya. Pernyataannya berbahaya, tapi risiko harus ditanggung,” sambungnya.
Omar Dhani sendiri sempat terbang ke Kamboja, tapi dipanggil pulang lagi dan ketika mendarat, Omar Dhani langsung ditangkap dan dihadapkan ke Mahkamah Militer Luar Biasa. Dengan tuduhan terlibat G30S, Omar Dhani divonis mati, meski pada akhirnya diberi grasi oleh Presiden Soeharto.
“Feri menceritakan, ‘Ayah saya seorang militer bukan PKI (Partai Komunis Indonesia). Tapi dia salah ambil satu tindakan, di mana dia bilang berada di belakang G30S’. Setelah kembali dari Kamboja, Omar Dhani langsung masuk bui, keluarganya pun berantakan,” tandas Amelia.
(Randy Wirayudha)