Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Serangan Legendaris Cureng yang Melahirkan Hari Bhakti TNI AU

Randy Wirayudha , Jurnalis-Rabu, 29 Juli 2015 |07:07 WIB
Serangan Legendaris Cureng yang Melahirkan Hari Bhakti TNI AU
Ilustrasi diorama Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, tentang pemberangkatan rombongan penyerangan Semarang, Salatiga dan Ambarawa (Foto: Randy Wirayudha/Okezone)
A
A
A

Di mana-mana kekuatan militer republik harus mundur. Serangan Belanda ke berbagai wilayah tak terbendung dan membuat para kombatan republik mesti menyingkir ke pedalaman untuk bergerilya.

Tapi di satu sisi perlu ada shock therapy (terapi kejut), untuk membuktikan kekuatan republik tak serta-merta habis, akibat agresi militer Belanda berkode “Operatie Product” itu.

Serangan revans pun mulai mucul di benak para kadet yang kemudian, disampaikan ke Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma oleh perwakilan kadet, Suharnoko Harbani.

Seperti dikutip dari buku ‘Awal Kedirgantaraan di Indonesia: Perjuangan AURI 1945-1950’, awalnya gagasan itu ditentang KSAU lantaran menganggap para kadet masih terlalu muda.

Tapi karena pendirian yang teguh dan merasa sudah mampu terbang, para kadet keukeuh ingin unjuk gigi seperti para kombatan republik lainnya yang bergerilya di pedalaman. “Saya tidak memerintahkan, tapi juga tidak melarang,” jawab KSAU kala itu dengan menatap tajam mata Kadet Suharnoko.

Seolah mendapat lampu hijau, dua pesawat Cureng, satu Guntei dan satu Pembom Hayabusa pun dipersiapkan dengan tingkat kerahasiaan tinggi. Para teknisi pun tak tahu alasan mereka memodifikasi sejumlah pesawat agar bisa dipasangi sejumlah bom di bawah sayap pesawat, hingga hari H serangan, 29 Juli.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement