Selama bulan Suro, masyarakat akan melakukan ritual membersihkan benda-benda pusaka peninggalan leluhur seperti keris dan tombak yang dipercaya memiliki kekuatan gaib, serta mengadakan sedekah bumi sebagai salah satu cara mempertahankan kearifan lokal.
Tradisi yang sudah berlangsung sejak jaman kuno ini terus berlanjut hingga saat ini terutama di wilayah dua kerajaan khususnya Surakarta dan Yogjakarta.
Saat itu kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung (Mataram Islam) menciptakan kalender sendiri yang merupakan gabungan antara kalender Hindu (Saka) dan Islam (Hijriah).
Bagyo, salah satu abdi dalem Kraton Solo menyatakan dua kerajaan dari dinasti Mataram ini selama bulan Suro masih melakukan tradisi labuhan. Labuhan adalah ritual yang tidak asing di telinga masyarakat Jawa.
"Ritual ini menjadi ritual tahunan di beberapa lokasi yang masih dianggap sakral oleh Kraton Solo dan Kraton Yogjakarta. Ada beberapa gunung yang sering dijadikan lokasi labuhan, yaitu Lawu, juga Merapi," jelas Bagio saat berbincang dengan Okezone.