JAKARTA – Menurut anggota presidium organisasi kemanusiaan non-pemerintah, MER-C, Dokter Arief Rachman, rumah sakit (RS) Indonesia yang baru mulai beroperasi di Jalur Gaza pada 24 Desember 2015, merupakan rumah sakit terbesar di Gaza Utara yang dimiliki Indonesia.
“RS Indonesia yang mulai beroperasi pada 24 Desember 2015 ini merupakan rumah sakit terbesar di Gaza Utara yang dimiliki Indonesia,” ujar Dokter Arief, ketika memberikan keterangan pers di Kantor Pusat MER-C di Jakarta, Selasa (29/12/2015).
Sebelumnya, Dokter Arief juga mengatakan bahwa RS Indonesia dibangun di Jalur Gaza itu merupakan karya sekaligus tanda cinta dari rakyat Indonesia untuk warga Gaza.
Sebab, donasi untuk pembangunan RS Indonesia di Gaza itu seluruhnya murni berasal dari rakyat Indonesia, tanpa bantuan asing, dan tanpa bantuan dana dari Pemerintah Tanah Air.
“Rumah sakit ini tak akan terbangun tanpa adanya bantuan dana dari rakyat Indonesia. Rumah sakit ini juga dapat terbangun tanpa bantuan dana dari pemerintah. Jadi ini murni merupakan karya anak bangsa,” ujar Dokter Arief.
Sedianya, ide untuk menggalang dukungan dalam pembangunan RS Indonesia pertama di Jalur Gaza ini dicetuskan pada Januari 2009. Namun, pembangunan fisik gedungnya dimulai pada Mei 2011 dan selesai pada akhir Juni 2014.
Sementara itu, untuk pengadaan berbagai alat-alat medis maupun kesehatan di RS Indonesia itu dimulai pada November 2014 dan selesai pada Desember 2015. Sejatinya, RS Indonesia di Gaza akan difungsikan sebagai rumah sakit yang dikhususkan untuk mengobati trauma pasien. Namun, melalui serangkaian proses dan permintaan dari Kementerian Kesehatan Palestina, RS Indonesia di Gaza akhirnya difungsikan sepenuhnya menjadi rumah sakit umum.
Berdasarkan keterangan Tim Humas MER-C, RS Indonesia di Jalur Gaza itu dapat dibangun berkat dana rakyat Indonesia yang terkumpul hingga Rp120 miliar. Sementara itu, tanah atau lahan seluas 1,6 hektar yang menjadi tempat berdirinya RS Indonesia di Gaza itu merupakan tanah wakaf dari pemerintah setempat.
(Jihad Dwidyasa )