Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Dataran Tinggi Golan, Tanah Sengketa di Batas Empat Negara

Silviana Dharma , Jurnalis-Jum'at, 29 April 2016 |07:05 WIB
Dataran Tinggi Golan, Tanah Sengketa di Batas Empat Negara
Dataran Tinggi Golan. (Foto: Reuters)
A
A
A

SEJAK dicaplok pada Juni 1967 melalui Perang Enam Hari dengan Suriah, Israel terus mengklaim Dataran Tinggi Golan terus sebagai wilayah kekuasaan mereka.

Baru-baru ini Perdana Menteri (PM) Israel Benyamin Netanyahu melalui pernyataannya yang dilansir dari Observer, Jumat (29/4/2016), mengatakan akan menjadikan dataran itu wilayah tetapnya dan akan mempertahankannya selamanya.

Seperti okupasi yang terjadi di Palestina, pemukiman-pemukiman ilegal penduduk Israel mulai didirikan pada 1981. Dengan luas daerah aneksasi mencapai dua pertiga di bagian baratnya, saat ini sekira 23 ribu warga Israel menetap dan mengelola daerah berketinggian 2.814 meter itu.

“Selama 19 tahun Golan berada di bawah penguasaan Suriah, area itu diperkuat bunker-bunker, kawat berduri, pagar-pagar dan ladang-ladang ranjau. Area itu digunakan untuk perang,” kata Netanyahu saat bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin pekan lalu.

“Selama 49 tahun di bawah penguasaan Israel, area ini dimanfaatkan untuk pertanian, pariwisata, inisiatif ekonomi, konstruksi, dan intinya digunakan untuk perdamaian,” lanjutnya.

Situasi ini memang menjadikan Dataran Tinggi Golan lebih hidup dibandingkan saat dikuasai oleh Pemerintah Suriah. Namun begitu, bukan berarti PBB lantas mengakui klaim Israel atas kawasan seluas 1800 kilometer persegi tersebut.

Dalam sidang Dewan Keamanan (DK) PBB di New York pada Selasa 26 April 2016, sekira 15 anggota DK sepakat status Dataran Tinggi Golan tetap berada di bawah pengawasan PBB dan Negara Zionis itu perlu mencabut klaimnya atas Golan.

Sengketa Ratusan Tahun

Sengketa dataran tinggi berbatu di barat daya Suriah itu, telah berlangsung sejak abad kedua Masehi. Letak geografisnya yang berbatasan dengan empat negara, yakni Israel, Suriah, Lebanon dan Yordania, menyebabkan Dataran Tinggi Golan rentan perebutan kedaulatan wilayah.

Dimulai dari era pemerintahan Kerajaan Amorite di Bashan pimpinan Manusia Raksasa Raja Og. Seperti yang tercatat dalam Kitab Perjanjan Lama, Nabi Musa mengomandoi bangsa Israel merebut dataran tinggi yang subur itu dari tangan Raja Og. Seluruhnya, 60 kota di wilayah Argob, dijarah oleh Bangsa Israel atas nama Tuhan.

Sebelumnya, pada 20 Sebelum Masehi (SM), dataran tinggi yang berbatasan dengan Sungai Yarmouk di selatan itu merupakan peninggalan Raja Herodes Agung untuk putranya, Herodes Filipus. Beribukota di Kaisarea-Filipi, kawasan itu terus diwariskan secara turun temurun hingga menjadi hak milik Agripa I pada tahun 37.

Setelahnya, tanah bebatuan yang berbatasan dengan Danau Galilea dan Lembah Hula di bagian barat tersebut, dengan segera menjadi perebutan panjang antara Raja-Raja Israel dan Orang Aramean yang berbasis di dekat Damaskus. Perang Israel-Arab pun ikut berkecamuk demi merengkuh Dataran Tinggi Golan ke dalam pelukan. Bangsa Iturea, Arab, dan orang-orang Aramaic pun menduduki wilayah itu pada abad kedua Masehi hingga akhir masa kejayaan Kekaisaran Romawi Timur.

Berlanjut pada 636, Bangsa Arab menang dan berkuasa di Dataran Tinggi Golan berkat pimpinan suksesor dari Nabi Muhammad SAW, Umar bin Khattab. Baru pada abad ke-16, kawasan di sebelah selatan pegunungan Anti-Lebanon dan Gunung Hermon ini jatuh ke dalam genggaman Kekaisaran Turki Ottoman.

Keadaan itu berlanjut sampai Golan menjadi bagian dari kedaulatan wilayah vilayet of Dasmaskus hingga beralih ke bawah kontrol Prancis pada 1918. Mandat ini dicabut pada 1946 dan dilepas menjadi negara merdeka baru di bawah naungan Republik Arab Suriah.

Dilansir dari BBC, Suriah berusaha merebut kembali Dataran Tinggi Golan selama perang Timur Tengah pada 1973. Meskipun menimbulkan kerugian besar pada pasukan Israel, serangan kejutan berhasil digagalkan. Kedua negara kemudian menandatangani gencatan senjata pada 1974 dan pasukan pengamat PBB (UNDOF) ditempatkan di wilayah gencatan senjata di tahun yang sama. Namun, Israel menodai perjanjian ini pada 1981, sebuah tindakan yang jelas-jelas tidak diakui secara internasional.

Jika dilihat dari ketinggian, alam Dataran Tinggi Golan menyuguhkan pemandanga topografi yang tenang dan menakjubkan. Di Israel, kawasan bebatuan ini dibagi menjadi tiga wilayah. Terbentang dari Sa’ar dan Lembah Jilabun pada bagian utara, antara Jilabun dan Lembah Daliyot sebagai kawasan tengah, dan ada Daliyot hingga Lembah Yarmouk untuk bagian selatan. 

Dataran Tinggi Golan juga berbatasan di sebelah barat dengan tebing batu curam yang menurun hingga kedalaman 500 meter ke lembah sungai Yordan dan Laut Galilea. Di sebelah selatan, Lembah Sungai Yarmouk menandai batas-batas dataran tinggi tersebut. Sedangkan di timur jembatan kereta api yang ditinggalkan Hamat Gader dan Al Hammah di hulunya, menorehkan perbatasan internasional yang diakui antara Suriah dan Yordania.

(Wikanto Arungbudoyo)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement