SEIRING makin dekatnya Olimpiade 2016 yang dibuka pekan ini, mata dunia tertuju kepada kota penyelenggara, Rio de Janeiro, Brasil. Selain kabar mengenai persiapan tuan rumah, kedatangan para atlet, dan berbagai aspek dari Olimpiade sendiri, sisi lain dari Rio, kota kedua terbesar di Brasil juga semakin sering disorot.
Salah satu dari sisi lain tersebut adalah sebuah lingkungan di Rio yang sering dikaitkan dengan tingginya tingkat kejahatan dan kemiskinan, favela.
Berikut adalah beberapa fakta menarik mengenai favela yang dilansir dari NBC News, Jumat (5/8/2016) :
1. Penamaan Favela berasal dari masa perang saudara
Penulis Brasil Euclides da Cunha mendeskripsikan favela dalam bukunya mengenai perang saudara Brasil yang terjadi pada 1897. Pada masa itu, para prajurit berkemah di bukit yang ditumbuhi tanaman berduri favela di wilayah utara Brasil dengan membuat tempat tinggal sementara dari gubuk-gubuk.
Saat para prajurit itu ke Rio, mereka membangun perumahan sementara di perbukitan yang mengelilingi kota sambil menunggu untuk pindah ke tanah yang dijanjikan pemerintah untuk mereka. Kondisi hidup seperti itu mengingatkan mereka pada bukit-bukit dengan tanaman favela yang pernah mereka tinggali. Istilah favela akhirnya melekat dan digunakan sebagai nama untuk pemukiman tersebut.
2. Favela tumbuh karena urbanisasi
Rio yang pernah menjadi ibu kota Brasil menjadi tempat menarik bagi orang-orang dari seluruh negeri untuk mengadu nasib. Namun, para imigran yang datang pada 1930 sampai 1940-an tidak mampu membayar untuk mendapatkan perumahan yang layak.
Keadaan ini membuat mereka kemudian menempati rumah-rumah yang dibuat seadanya yang dianggap ilegal oleh pemerintah. Banyak lokasi di sana tidak memiliki sanitasi yang baik dan tidak memenuhi aturan pendirian bangunan.
Berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah untuk mengusir mereka dari lingkungan kumuh tersebut dan memindahkannya ke tempat yang lebih layak, namun usaha itu tidak banyak membuahkan hasil. Meski sebagian dari favela dihancurkan dan dihapuskan, mereka hanya berpindah dan justru bertambah luas setelah orang-orang yang diusir kembali ke sana.
3. Favela sering dikaitkan dengan kehidupan yang kumuh
Data dari Catalytic Communities, sebuah organisasi yang membela hak-hak warga favela, saat ini diperkirakan ada sekira 1.000 favela di Rio yang menjadi rumah bagi 1,5 juta orang atau hampir 24 persen dari total populasi kota.
Favela-favela ini tidak semuanya sama, beberapa hanya memiliki infrastruktur seadanya dan tidak sempurna, sementara favela lainnya telah dijangkau oleh listrik dengan telefon dan juga komputer. Namun, sebagian besar dari lingkungan tersebut memang masih kumuh.
“Sebagian besar favela tidak memiliki akses sistem pembuangan, air minum dan sistem pengelolaan limbah. Komunitas di sana telah dibangun sangat padat sehingga jalan-jalan modern dan sarana kebutuhan hidup hampir tidak mungkin dibangun,” demikian dilaporkan kelompok advokasi Borgen Group.
Dengan kondisi begitu banyak orang tinggal di lingkungan yang penuh sesak dan ilegal, komunitas favela menjadi sarang kejahatan dan obat bius. Banyak favela yang dikuasai oleh bos narkoba yang mengedarkan kokain dan mendorong kekerasan antargeng.
4. Favela pernah ditampilkan dalam film-film dan jadi tujuan kunjungan tokoh penting
Kondisi kehidupan di favela pernah diangkat dalam film nominasi Piala Oscar, “City of God” pada 2002. Film tersebut berlokasi di favela Cicade de Deus di Rio, yang pada 2011 dikunjungi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama.
Obama bukan satu-satunya tokoh dunia yang mengunjungi favela. Pada 2013, Paus Fransiskus melakukan kunjungan ke favela Varginha, yang disebut sebagai Jalur Gaza oleh penduduk lokal karena kekerasan yang terjadi di sana. Beberapa pesohor lainnya seperti bintang Hollywood Will Smith juga dilaporkan pernah difoto saat berada di favela Rio.
5. Pemerintah gunakan favela untuk menarik turis
Menjadikan lingkungan kumuh yang berbahaya sebagai tujuan wisata tampaknya bukanlah ide yang bagus. Tapi itulah yang dilakukan Pemerintah Kota Rio yang mendorong turis untuk melakukan kunjungan ke favela sejak beberapa tahun terakhir.
Selain pantai yang indah dan festival yang meriah, ternyata kondisi komunitas favela juga menjadi citra yang melekat dengan Rio de Janeiro. Hal ini mendorong munculnya minat wisatawan untuk melihat ke dalam favela.
Salah satu contohnya adalah tur yang membawa para wisatawan untuk berkeliling favela terbesar di Brasil, favela Rochina. Penyelenggara tur tersebut, Marcelo Armstrong mengatakan, dirinya berharap dapat memperluas dan menambah pengetahuan para turis akan budaya di Brasil.
Penyelenggara tur mengatakan bahwa hal ini memberi keuntungan pada ekonomi lokal. Akan tetapi beberapa pihak berpendapat membawa turis ke favela tidak hanya berbahaya tapi juga merendahkan para penghuni.
(Rifa Nadia Nurfuadah)