 
                Namun, Latif yang sudah menjadi yatim sejak kecil menyadari bahwa ia tak boleh melepas pendidikan di sekolah. Meski dalam keterbatasan ekonomi, Latif tetap semangat menjalani hari-hari di sekolah yang berjarak 2 kilometer dari rumahnya tersebut.
"Ekonominya sangat lemah sekali, harapan kami, pemerintah atau dinas pendidikan atau yang sejenisnya, bisa membantu dia melanjutkan ke jenjang berikutnya, karena dari potensinya dia bagus dan layak untuk melanjutkan sekolah," ujar Casdik wali kelas Latif di sekolah.
Tangis Latif tak lagi terbendung usai ia menjelaskan bahwa dirinya hanya mendapat upah Rp7.000 dari haril memeras keringat mencari kayu bakar.
"Kalau ibu dapat Rp12 ribu dan aku Rp7.000. Uangnya buat beli jajan dan beli beras. Sedih karena enggak bisa jajan, lihat teman main hati suka sedih," ungkap Latif yang tak bisa membendung air matanya lagi.
(Khafid Mardiyansyah)