SULTAN Baibar I adalah seorang pemimpin Mameluk yang dikenal karena kepemimpinan militer terutama saat menghadapi Mongol dan Ksatria Perang Salib dan kemampuan diplomatiknya. Dia dianggap sebagai salah satu Sultan Mameluk paling terkenal yang menguasai Mesir dan Suriah pada abad pertengahan.
Baibar I adalah Sultan Mameluk keempat yang memerintah Mesir dan Suriah dan dianggap oleh banyak oleh sebagian besar sejarawan sebagai pendiri Dinasti Bahri. Selama masa kepemimpinannya, Baibar I memperluas wilayah Kesultanan Mamaeluk dengan keberhasilannya baik dalam bidang militer mau pun bidang diplomatik.
Pencapaian ini dirasa luar biasa jika melihat bahwa mulanya, pria bernama asli Al-Malik al-Ẓāhir Rukn al-Din Baibars al-Bunduqdar itu adalah seorang budak.
Pada 1242, dearah kelahiran Baibar, yaitu wilayah Kipchak Turki di sebelah utara Laut Hitam diserang oleh Bangsa Mongol. Suku Baibar adalah salah satu dari korban yang tertangkap dan kemudian dijual sebagai budak.
Dia akhirnya dibeli oleh penguasa Ayyubid di Mesir, Sultan As-Salih Najm al-Din Ayyub yang kemudian mengirimnya untuk melakukan pelatihan militer di sebuah pulau di Nil. Selama pelatihan, Baibar menunjukkan kemampuan militer yang gemilang dan saat dia lulus dan disamakan derajatnya, Baibar ditunjuk sebagai komandan pasukan pengawal pribadi Sultan.
Dilansir Ancient Origin, Kamis (10/8/2017), jalan Baibar ke takhta Mameluk dimulai pada 1249 saat Perang Salib Ketujuh, yang dipimpin oleh Raja Prancis, Louis IX, mendarat di Damietta, Mesir. Pasukan Louis IX berhasil merebut kota pelabuhan itu Juni dan bergerak ke Kairo pada November, saat kabar mengenai meninggalnya Sultan As-salih tersebar.
Namun, Pasukan Salib tidak berhasil menaklukkan Mesir karena pada Februari 1250 mereka mengalami kekalahan telah dalam Pertempuran Al-Mansurah. Salah satu komandan Ayyubiyah selama pertempuran tersebut adalah Baibars, dan ini adalah kemenangan besar pertamanya sebagai komandan militer.
Meninggalnya Sultan As-salih Ayyub menjadi awal kehancuran Dinasti Ayyub di Mesir dan Suriah. Penerusnya, Al Muazzam Turansah adalah sultan yang lemah yang hanya memerintah dalam waktu singkat sebelum dibunuh dan digulingkan oleh Mameluk yang menjadi penguasa Mesir berikutnya.
Masalah dengan Sultan Mameluk pertama, Aybak membuat Baibar terpaksa melarikan diri dari Mesir menuju ke Suriah selama beberapa tahun. Pada 1260, dia diundang untuk kembali ke Mesir oleh Sultan Mameluk ketiga, Qutuz dan mengabdi sebagai komandan pasukan garis depan Mameluk.
Di tahun yang sama, Baibar sekali lagi membuktikan kemampuannya dengan berkontribusi dalam kemenangan Mameluk atas Mongol dalam Pertempuran Ain Jalut di Palestina. Meski berjaya, Qutuz tidak bisa menikmati kemenangannya terlalu lama karena dia dibunuh oleh sekelompok kolaborator yang dipimpin oleh Baibar dalam perjalanan pulang ke Mesir. Setelah kematian Qutuz, Baibar dinobatkan sebagai Sultan Mameluk berikutnya.
Selama memerintah, tujuan utama Baibar I adalah memerangi sisa-sisa Ksatria Salib di Suriah dan mengusir mereka untuk mengikuti jejak pemimpin besar umat Muslim dalam Perang Salib, Saladin. Selama kurun 1265 sampai 1271, satu per satu benteng pertahanan Ksatria Salib termasuk di Arsuf, Jaffa, dan Antioch jatuh ke tangan Mameluk.
Kampanyenya Baibar I tersebut membuat Ksatria Salib hanya dapat mempertahankan sebagian kecil wilayah Levant, wilayah di timur Laut Mediterania, sekaligus menandakan akhir dari peran Negara-negara Salib sebagai pemain utama di kawasan itu. Selain menghadapi Tentara salib, Baibar I juga melakukan kampanye militer melawan Bangsa Mongol, Kristen Armenia, Bangsa Makurian di Nubia, dan juga anggota sekte Hasshashin lainnya.
Selain di bidang militer, Baibar I juga memiliki kemampuan yang mumpuni di bidang diplomatik dan urusan dalam negeri. Hal itu dibuktikannya dengan hubungan baik dengan negara dan kerajaan-kerajaan tetangga dan rival potensial serta perbaikan di sejumlah pelayanan publik dan sarana penting Mameluk seperti layanan pos, pelabuhan dan kanal.
Kekuasaan Sultan Mameluk Keempat itu berakhir pada 1277 karena sebuah kesalahan yang sangat fatal. Berdasarkan keterangan sejumlah sejarawan, Baibar I tewas setelah cangkir berisi minuman beracun yang sebenarnya ditujukan untuk orang lain. Dia dimakamkan di bawah kubah Perpustakaan Al Zahiriyah di Damaskus, Suriah.
(Emirald Julio)