Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

HARI MERDEKA: Melihat TMP Gajah Mada, Tempat Bersemayamnya Para Pahlawan di Timur Jawa

Zen Arivin , Jurnalis-Kamis, 17 Agustus 2017 |05:30 WIB
 HARI MERDEKA: Melihat TMP Gajah Mada, Tempat Bersemayamnya Para Pahlawan di Timur Jawa
Monumen di TMP yang dibangun Residen Soedirman (Foto: Zen Arivin/Okezone)
A
A
A

Minimnya persenjataan menjadi persoalan serius kala itu. Pasca perang terbuka 10 November 1945 di Surabaya, pertempuran Surabaya Barat menjadi perang terbuka terbesar kala itu. Banyak prajurit republik yang gugur dalam pertempuran di Sidoarjo itu. Hingga akhirnya, pasukan yang dipimpin Mayjen Soengkono mundur ke Mojokerto.

“Tak terkcuali, pemerintahan Karisidenan Surabaya, dimana kala itu dipimpin Residen Soedirman, yang semula di Surabaya, pindah ke Mojokerto. Itu momentum awal, adanya TMB (Taman Makam Bahagia) yang kemudian berganti nama menjadi Taman Makam Pahlawan (TMP) Gajah Mada,” ungkap Sejahrawan Muda Mojokerto, Ayuhannafiq, Rabu (16/8/2017).

 

Mojokerto, menurut Yuhan, menjadi lokasi yang paling strategis bagi pasukan republik, pasca Surabaya jatuh ke tangan Inggris dan Belanda. Banyaknya pabrik gula menjadi lokasi yang cocok untuk bertahan dan menghimpun kekuatan.

“Selain itu, Mojokerto juga merupakan daerah penghasil padi yang cukup besar. Karena sistem pengairan yang cukup bagus, sehingga kebutuhan logistik untuk para pejuang sangat tercukupi. Ditambah lagi, masyarakat yang sangat loyal terhadap pasukan Indonesia,” imbuhnya.

Yuhan lantas bertutur, dalam buku Panca Warsa DPRDS Mojokerto 1953 disebutkan, ratusan prajurit tewas dalam pertempuran ganas Front Pertahanan Mojokerto atau dikenal sebagai pertempuran Surabaya Barat. Setiap hari, sebanyak 50 jasad prajurit dibawa dari medan pertempuran dan dimakamkan ke TMP Gajah Mada.

“Kemudian pada Maret 1946, Residen Soedirman membangun monumen TMP Gajah Mada. Ketika itu sudah ada ratusan pahlawan yang dimakamkan di situ. Monumen itu dibangun sebagai simbol. TMP Gajah Mada ini merupakan TMP yang pertama kali di Indonesia,” jelas Yuhan.

Yuhan yang juga ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Mojokerto ini memaparkan, tidak heran jika Residen Soedirman mampu membangun monumen peluru di TMP Gajah Mada kala itu. Residen Soedirman memang mengelola banyak uang. Sebelum meninggalkan Surabaya, pasukan republik berhasil membongkar sebuah bank milik Belanda, dimana uang tersebut lantas digunakan untuk kepentingan perjuangan.

“Ketika itu, uang hasil membobol bank itu, diserahkan ke DPDS (Dewan Pertahanan Daerah Surabaya). DPDS ini merupakan lembaga yang mewadahi kelompok-kelompok perjuangan rakyat. Sebab, saat itu masih membentuk kelompok-kelompok kecil,” terangnya.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement