Selain monumen berbentuk peluru itu, satu fakta sejarah yang tak pernah terungkap yakni adanya upacara peringatan Hari Pahlawan di lokasi tersebut. Menurut mantan aktivis PMII ini, TMP Gajah Mada menjadi tempat pertama kalinya upacara peringatan Hari Pahlawan dilakukan, pasca perang besar 10 November 1945.
“Upacara peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 1946, itu dilakukan pertama kali oleh Residen Soedirman. Saat itu Mojokerto memang sepenuhnya dikuasai oleh tantara republik. Karena, Belanda kesulitan untuk masuk ke Mojokerto. Bahkan hampir tidak bisa,” paparnya.
Fakta lain, lanjut Yuhan yakni digelarnya upacara Peringatan Hari Pahlawan untuk yang kedua kalinya di TMP Gajah Mada. Pada 10 November 1949, komandan pasukan republik yang dipimpin Isa Idris, meminta izin kepada pasukan Belanda untuk melakukan upacara di TMP Gajah Mada. Itu setelah pasukan Mayjen Soengkono berhasil dipukul mundur oleh pasukan Belanda pada Maret 1947.
“Ketika itu Mayjen Soengkono sudah mundur ke Jombang hingga akhirnya ke Kediri. Sebab, pada 17 Maret 1947 pasukan Belanda berhasil menggempur Mojokerto. Untuk mengelabuhi pasukan Indonesia mereka menggunakan foto Soekarno-Hatta di depan tank yang mereka gunakan, sehingga pasukan Mayjen Soengkono terperdaya,” tambah Yuhan.
Sayangnya, kondisi TMP pertama kali di Indonesia itu berbanding terbalik dengan jasa yang diberikan para pahlawan bangsa ini. Tidak adanya keseriusan pemerintah dalam menjaga dan merawat TMP Gajah Mada, membuat tempat peristirahatan para pejuang yang rela mengorbankan nyawanya ini kurang terawat.
“Banyak nama nisan yang mengelupas dan hilang. Selain itu, banyak nama atau identitas pahlawan yang hilang di TMP Gajah Mada. Karena memang kurang mendapat sentuhan pemerintah,” katanya.
Yuhan berharap, pemerintah bisa sedikit menghargai perjuangan para pahlawan yang sudah menumpahkan darahnya guna mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. Yakni dengan tidak melupakan perjuangannya dan membuat nama-nama mereka selalu dikenang oleh segenap rakyat Indonesia.
“Saya berharap ada pembenahan di TMP Gajah Mada. Contoh kecil saja, melakukan pendataan ulang atau digitalisasi identitas para pahlawan yang dimakamkan di lokasi itu. Sehingga, keluarga mereka bangga karena mengetahui kakek atau orang tua mereka seorang pejuang dan bersemayam di TMP Gajah Mada. Sampai saat ini, data di TMP Gajah Mada masih berupa catatan, itupun sulit untuk diketahui siapa-siapa identitas pejuang yang ada disitu,” tandasnya.