Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Maraknya Hoax, Pemerintah Diminta Buat Kurikulum Literasi Medsos

Fahreza Rizky , Jurnalis-Sabtu, 26 Agustus 2017 |12:48 WIB
Maraknya <i>Hoax</i>, Pemerintah Diminta Buat Kurikulum Literasi Medsos
Tersangka Saracen saat di Mabes Polri (foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menilai maraknya hoax atau berita bohong karena rendahnya literasi media sosial (medsos). Karenanya, Mafindo mengusulkan agar kurikulum literasi medsos masuk ke dalam materi pembelajaran peserta didik.

"Kita perlu kurikulum untuk literasi medsos. Itu PR dan perlu waktu lama bikin (payung hukumnya). Sambil menunggu pemerintah, kita tetap jalan (memberi edukasi literasi medsos)," kata Ketua Mafindo Cabang Jakarta, Astari Yanuarti di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (26/8/2017).

 (Baca juga: Komisi III DPR: Polisi Harus Libatkan PPATK Lacak Siapa yang Mendanai Saracen)

‎Astari menilai, unsur pemerintah yang wajib memberikan edukasi mengenai penggunaan media sosial satu di antaranya yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Ia meminta kementerian pimpinan Muhadjir Effendy itu membuat kurikulum mengenai literasi media sosial. Tujuannya agar generasi muda‎ dapat memilah informasi yang layak dikonsumsi atau tidak. Mengingat, saat ini korban hoax semakin banyak dan penggunaan internet tidak diiringi pemberian edukasi mengenai medsos.

"Pemerintah tolong segera bikin kurikulum, itu ada di Kemendikbud. Kita dalam posisi suportif ke pemerintah untuk mendorong membuat kurikulum. Kita akan ikuti kurikulum itu," pungkas Astari.

 (Baca juga: Ketegasan Istana untuk Usut Kasus Ujaran Kebencian hingga ke Akar-akarnya)

Sekadar informasi, Bareskrim Polri membongkar bisnis penyebaran kebencian dan SARA melalui media sosial. Kelompok tersebut bernama Saracen. Hingga saat ini akun yang tergabung didalamnya berjumlah ratusan ribu‎.

Saracen diduga menyebarkan kebencia‎n dan SARA berdasarkan pesananan seseorang atau kelompok tertentu. Motif sementara dari kegiatan ini yakni hal ekonomi. Kini, aparat kepolisian masih menyelidiki dalang di balik grup Sarachen.‎

Pengungkapan kasus ini telah menetapkan tiga orang sebagai tersangka. Mereka adalah JAS (32) yang ditangkap di Pekanbaru, SRN (32) ditangkap di Cianjur dan MFT ditangkap di Koja, Jakarta Utara.

Ketiga tersangka itu, memiliki peran yang berbeda-beda. Untuk JAS sendiri, berperan sebagai Ketua Grup Saracen yang bertugas untuk mengunggah postingan provokatif yang mengandung isu SARA.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement