"Pertarungan kuasa dan kekuasaan (yang tak seimbang) di Arakan-Rakhine, yang dihuni mayoritas Rohingya, dengan dugaan kuat didasarkan pada perebutan secara paksa, tanah, dan sumber daya, khususnya minyak dan gas, di wilayah-wilayah sekitar," imbuhnya.
Kata Mahmud, hal itu ditambah lagi dengan penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang sekaligus penyiksaan selama penahanan terhadap ribuan warga Rohingya.
"Perusakan maupun penjarahan terhadap rumah, harta benda, makanan dan sumber makanan warga Rohingya secara masif, serta pengabaian maupun ketiadaan perawatan kesehatan terhadap para korban," tandasnya.
(Arief Setyadi )