JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siraj mengutuk keras kejahatan kemanusiaan yang menimpa etnis Muslim Rohingya di Distrik Rakhine, Myanmar. Selain itu, ia juga sangat menyayangkan sikap diam pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi yang juga pernah Nobel perdamaian tahun 1991 dalam pembantaian etnis Rohingya oleh militer setempat.
"Ini mencoreng nama baik beliau sebagai peraih obel perdamaian. Percuma itu Nobel kalau membiarkan kejahatan pembantaian terhadap Muslim Rohingya. Khususnya umat Islam, umumnya semua umat manusia mengutuk perilaku beradab ini," kata Kiai Said di Hotel Bidakara, Jakarta, Sabtu (2/9/2017).
Kiai Said melanjutkan, kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Myanmar ini menimbulkan tanda tanya besar. Sebab, etnis Rohingnya tidak pernah membuat gerakan politik apa pun yang berpotensi menggulingkan pemerintahan.
(Baca: Soal Rohingya, Ketum PBNU Minta Pemerintah Bicara Hati ke Hati dengan Otoritas Myanmar)
"Mereka itu saya pernah mendengar, mereka itu hidupnya gak macam-macam, enggak ada gerakan politik. Lain misalnya di negara lain, ada gerakan politik, ini enggak, enggak pernah aneh-aneh, melawan pemerintah, mengadakan oposisi, enggak. Lain situasi misalkan Filipina Selatan atau Pattani, Thailand," ujar dia.