JAKARTA - Delapan orang penyelam, dua dokter dan puluhan orang lain terlibat dalam evakuasi terhadap tujuh jenazah pahlawan revolusi dari sebuah sumur di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Evakuasi nyatanya begitu sulit lantaran kondisi sumur yang sempit dan dalam serta kondisi jenazah yang mulai membusuk.
Dalam buku berjudul "Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando" yang ditulis oleh wartawan senior, Hendro Subroto, diceritakan bagaimana para prajurit Kompi Intai Amfibi Korps Komando Angkatan Laut (KIPAM KKO-AL) berupaya keras mengevakuasi jasad para pahlawan dari lubang maut.
Pukul 12.05 WIB, Kopral Anang dari PRKAD turun dengan mengenakan masker dan tabung oksigen. Pada percobaan itu, jenazah Letnan Satu Pierre Tendean berhasil diangkat setelah Anang mengingatkan tali pada jenazah Pierre Tendean.
Setelah Anang, Prako KKO Subekti yang turun pada pukul 12.30 berhasil menarik jenazah Mayjen S Parman dan mayjen Suprapto. Selanjutnya, pada pukul 12.55, Kopral KKO Hartono berhasil mengangkat jenazah Mayjen MT Haryono dan Brigjen Sutoyo.
Selanjutnya, percobaan dilakukan lagi oleh Sersan Mayor KKO, Suparimin. Setelah gagal pada percobaan pertamanya, Suparimin berhasil mengangkat jenazah Letjen Ahmad Yani pada pukul 13.30.
Dalam kondisi lelah dan mual akibat bau busuk yang berkeliling di sekitar area evakuasi, para penyelam KKO dan RPKAD menyatakan ketidaksanggupan mereka untuk melanjutkan evakuasi. Padahal mereka harus memastikan ada atau tidaknya sisa jenazah di dalam lubang.
Lalu, Kapten Winanto yang memimpin evakuasi mengambil tugas tersebut. ia turun dengan peralatan lengkap dan menemukan satu jenazah, yakni jenazah Brigadir Jenderal DI Panjaitan.