Sebagai seorang ekspansionis Amerika, Roosevelt menegaskan kekuatan eksekutifnya untuk membela kepentingan AS dengan berusaha menyeimbangkan kepentingan petani, pekerja, dan bisnis rumahan. Ia bekerja keras untuk membangun angkatan laut yang kuat, mendorong kemerdekaan Panama dan pembangunan Terusan Panama, mempromosikan peraturan perwalian, menyisihkan lahan untuk taman nasional, serta monumen pertama Amerika.
Pada 1906, Roosevelt dianugerahi Nobel Perdamaian untuk perannya dalam mediasi dan negosiasi untuk mengakhiri Perang Rusia-Jepang.
Pada 1912, tiga tahun setelah menyelesaikan masa jabatan keduanya, Roosevelt mencalonkan diri sebagai presiden lagi sebagai kandidat dari Partai Progresif yang baru.
Ia menantang mantan wakilnya sendiri yaitu William Howard Taft. Ia berkampanye untuk reformasi sosial. Pada November 1912, Partai Republik yang terpecah dikalahkan oleh kandidat dari Demokrat, Woodrow Wilson. Di masa akhir hidupnya, Roosevelt menjadi pendukung AS yang vokal dalam Perang Dunia I dan bahkan berusaha memenangkan sebuah komisi untuk memimpin sebuah divisi Angkatan Darat AS di Eropa. Sayangnya, Presiden Wilson menolak hal tersebut.
Dan setelah perang, Roosevelt adalah lawan vokal bagi Liga Bangsa-Bangsa. Pada 1919, Roosevelt meninggal di rumahnya di New York akibat penyakit tropis yang diidapnya (Penyakit Tropis adalah penyakit yang lazim terjadi di daerah tropis dan subtropis. Istilah ini juga sering mengacu pada penyakit yang berkembang di wilayah panas berkondisi lembab, seperti malaria, demam berdarah dan kusta.). Roosevelt meninggal di usia 60 tahun.
(Wikanto Arungbudoyo)