JAKARTA – Maraknya kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus, membuat pakar transportasi Profesor Ir Leksmono Suryo Putranto, MT, Ph.D memberikan sebuah rekomendasi peningkatan keselamatan. Hingga tahun ini saja setidaknya ada sejumlah kecelakaan bus yang terbilang cukup parah. Sebut saja insiden bus rombongan warga Ciputat di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat; Tabrakan bus beruntun di Ciloto, Puncak; Bus Rosalia Indah terjun ke jurang di Purbalingga.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pun melakukan ivestigasi terkait seringnya terjadi kecelakaan bus sepanjang 2017. Menurut mereka, kecelakaan akibat kegagalan fungsi rem hanya terjadi dua kasus, dan yang terparah di Ciloto. Ini lebih ke permasalahan buruknya perawatan, karena beberapa kelengkapan sistem rem tidak berfungsi.
(Baca: Kecelakaan Maut di Ciloto, Diduga Rem Bus Blong)

Sistem rem sendiri di antaranya melibatkan pedal rem, selang udara (untuk jenis full airbrake), selang hidrolik (untuk hidrolik-oli-brake), tuas penekan kanvas rem, kanvas rem, drum (tabung pengereman), as roda, pelek, dan lain-lain.
Jadi hematnya, tidak ada istilah rem blong, pilihannya cuma dua; pertama, kegagalan pengereman karena faktor pengemudi; atau yang kedua, kegagalan pengereman karena fungsi rem yang rusak akibat tak dirawat.
Maka itu, jelas mereka, kecelakaan tidak pernah terjadi akibat satu faktor. Ada faktor jalan; pengemudi meliputi hafal jalan, kondisi fisik, dan psikis; lalu kendaraan yang mencakup layak jalan, kapasitas, dan perawatannya. Jadi, sistem pengereman hanya satu faktor di antara kondisi kendaraan.