JAKARTA - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri tengah berupaya mengidentifikasi seluruh kantung jenazah yang sudah diterima Rumah Sakit Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur. Untuk mendapatkan hasil identifikasi ada sejumlah proses yang harus dilakukan, sehingga membutuhkan waktu yang cukup panjang.
"Prosesnya itu ada 4 untuk mengidentifikasi korban yang dilakukan tim DVI Polri, fase pertama olah TKP, kedua post mortem, ketiga antemortem dan ke-empat rekonsiliasi," ujar Kabagyan Infodok Divisi Humas Polri, Kombes Sulistyo Pudjo di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (3/11/2018).
Dia menyebut, pencocokan DNA selamai ini masih menjadi cara yang cukup ampuh untuk bisa mengetahui secara pasti jenazah yang sudah tidak lagi utuh atau rusak. Namun pencocokan DNA ini harus diambil secara vertikal atau satu keturunan dari sample DNA jenazah.
(Baca juga: Evakuasi Lion Air, 31 Kantong Berisikan Potongan Tubuh Langsung Dikirim ke RS Polri)
"Dalam pengambilan DNA, ada dua proses yakni antemortem yakni pengambilan sample yang diambil dari keluarga vertikal atau satu keturunan, dan posmortem sample dari jenazah yang ditemukan," ucapnya.
Sementara Kepala Laboratorium DNA Pusdokkes Polri, Kombes Putut Tjahjo Widodo menyebutkan ada 3 cara untuk bisa mengidentifikasi jenazah yakni pemeriksaan sidik jari, pemeriksaan gigi, dan DNA. Akan tetapi cara tersebut punya keunggulan dan kekurangan masing-masing, sebab sidik jari dan gigi sampelnya harus dari individu korban itu sendiri.
"Kalau DNA bisa individu dan family yang vertikal, dari dirinya sendiri, bisa berasal dari sisirnya, bajunya yang belum dicuci, sikat giginya, diharapkan benda properti yang kita dapatkan masih mengandung sel-sel dirinya," ungkapnya
(Baca juga: 3 Jenazah Korban Lion Air Kembali Teridentifikasi, Total Kini 7 Orang)
Oleh karena itu, Putut lebih menyarankan untuk memberikan sikat gigi yang korban, ketimbang sisir rambut, karena orang umumnya masih sering bergantian sisir. Hanya saja kelemahan pemeriksaan melalui DNA itu cukup mahal dan membutuhkan waktu lama, paling cepat 4 hari.
Sementara pemeriksaan gigi memiliki kelemahan, selain database nya masih kecil terkadang korban kecelakaan sudah tidak memiliki gigi alias terlepas.
"Sidik jari juga ada kelamahan, yang belum ada KTP (kartu tanda penduduk) misal bayi, dia belum ada sidik jari di databasenya. Itulah proses keuntungan dan kelemahannya DNA digunakan sebagai alat identifikasi," pungkasnya.
(Awaludin)