TRADISI palang pintu di masyarakat Betawi memiliki cerita tersendiri bagi masyarakatnya. Upacara pelengkap dalam sebuah pernikahan bagi masyarakat Betawi ini menjadi salah satu kebiasaan yang tidak bisa dikesampingkan begitu saja.
Budaya sarat harga diri itupun hingga kini masih dipertahankan. Tak jarang, meski perubahan zaman kian pesat masih ada mereka yang terus mempertahankan kebudayaan itu.
Sejarawan Universitas Indonesia (UI) Siswantari menilai, banyak nilai yang terkandung dalam palang pintu salah satunya menyoal keyakinan seseorang. Dalam tradisi palang pintu biasanya seorang pengantin pria sebelum memasuki rumah mempelai wanita harus mendapat ujian terlebih dahulu.
Pada pelaksanannya, setiap lelaki yang hendak menikahi putri Betawi harus melewati hadangan dari salah seorang jawara.
Awalnya, terjadi dialog antar kedua belah pihak hingga akhirnya terjadi saling berbalas pantun. Prosesi ini sebenarnya hanya ingin menonjolkan keindahan seni sastra orang Betawi yang hingga kini jadi ciri khas mereka. Setelah kedua pihak saling berbalas pantun, maka selanjutnya beradu kepiawaian pencak silat dan ditutup oleh uji kemampuan mengaji (membaca sepenggal ayat Alquran).