JAYAPURA - Bulan suci Ramadan selalu dinanti seluruh umat muslim di seantero jagad. Ramadan yang juga dikenal dengan bulan introspeksi diri dan pengampunan menjadikan semua umat berlomba-lomba menunaikan ibadah dengan kesempurnaan, puasa dan ibadah lainnya.
Berbicara Ramadan, tentu hal yang tidak lepas adalah melakukan ziarah kubur bagi para umat yang sanak saudaranya telah berpulang atau meninggal dunia. Adat ini dilakukan hampir oleh seluruh muslim nusantara, termasuk di Papua. Sejak memasuki bulan Sya'ban, warga mulai berdatangan untuk berjiarah, hingga jelang puasa keesokan harinya.
Para peziarah biasa membawa bebungaan atau dedaunan khas bercampur wewangian bagi sebagian warga yang menyakini akan membawa kesejukan bagi penghuninya. Adapula warga yang membawa air untuk disiramkan ke makam para ahli kubur mereka.
Meniliki adat ziarah, hal unik yang kami suguhkan adalah tersiratnya makna persatuan bangsa di dalamnya. Kenapa demikian?
Ilustarasi ziarah
Di Kota Jayapura, tepatnya di Abe Pantai Distrik Abepura, terdapat sebuah Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang oleh warga disebut TPU Abe Pantai. Dan lokasi ini, hampir jelang bulan Ramadhan, ataupun jelang Hari Raya Idul fitri dan Idul Adha, sama halnya dengan daerah lain, akan padat dengan pejiarah. Namun yang mungkin saja berbeda adalah adanya Pembersih Makam Musiman.
Para pembersihan Makam musiman ini didominasi anak-anak sekolah, baik SD, SMP hingga SMA. Mereka yang melengkapi diri dengan cangkul dan alat tajam lain, menjual jasa pembersihan Makam. Dan bertarif, meski sukarela dari warga pengguna jasa mereka, namun kebanyakan berkisar 15-20 ribu Rupiah untuk satu makam.
Keberadaan pembersih makam musiman ini tentu sangat membantu para peziarah. Pasalnya, banyak peziarah yang tidak membawa alat kebersihan saat ke makam. Sudah tahu keberadaan mereka saban akan puasa, membuat pejiarah tidak terlalu mempersibukkan diri membersihkan makam.
Mereka tinggal memanggil para pembersih makam musiman, lalu menunggu makam yang menjadi tujuannya bersih lalu dan bayar. Waktu tunggu pembersihan Makam, biasanya diisi dengan bacaan doa-doa kepada ahli kubur oleh peziarah.
Meski berbayar, namun keberadaan para pembersih makam ini kita sebut telah menggambarkan persatuan. Berbeda keyakinan namun bisa saling bergandengan tangan dan saling menguntungkan. Toh, sukarela, dan uang hasil kerja jasa para pembersih makam yang kebanyakan anak-anak ini digunakan untuk bersekolah dan keperluan lain.
Tak tangung-tanggung, per hari, penghasilan anak-anak tersebut mencapai ratusan ribu rupiah. Tentu ini menjadi berkat bagi mereka. Sekaligus turut merasakan kebahagiaan datangnya bulan suci Ramadhan bagi saudaranya muslim.
Lela (10), anak perempuan asli Papua warga Abe Pantai ini mengaku seharinya mampu meraup 200-an ribu Rupiah. Sejak pagi, hingga sore hari, banyak pejiarah yang menggunakan jasanya untuk membersihkan makam.
Kepada media ini, saat ditemui, dia mengaku uangnya untuk membantu dapur dan keperluan dirumah, selain disisihkan untuk kebutuhan sekolah.
"Hari ini dapat 200 ribu. Ya senang lah, bisa buat bantu orang tua dan sekolah,"kata Lela, Minggu (5/5/2019).
Lain halnya dengan Imanuel Uyo (9), dia bahkan mampu mengumpulkan 400-an Ribu Rupiah atas jual jasanya membersihkan makam. Imo, panggilan akrabnya, ditemui sementara menghitung-hitung pendapatannya seharian.
"Dapat Rp440 Ribu Rupiah. Ini dari pagi," katanya riang.
Follow Berita Okezone di Google News