Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Jakarta Kota Seribu Penjara

Sarah Hutagaol , Jurnalis-Minggu, 09 Juni 2019 |07:29 WIB
 Jakarta Kota Seribu Penjara
Foto: Instrgram.com/Matapadi
A
A
A

BANYAK bangunan-bangunan di Jakarta yang menjadi saksi bisu sejarah terjadinya suatu peristiwa, seperti bangkitnya Partai Komunis Indonesia (PKI) dan banyaknya lokasi penjara dan tempat penyiksaan para tahanan politik.

Mengutip Ensiklopedia Jakarta (Eni Setiati,dkk, 2009). Misalnya, rumah bercat merah bata atau orang biasa menyebut Kremlin di Jalan Kramat V Nomor 16, Jakarta Pusat. Dahulunya gedung itu adalah kantor Dewan Nasional Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), salah satu organisasi bawah tanah Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ketika PKI dibubarkan, tempat itu diambil paksa dan diduduki tentara untuk dijadikan markas intel dan kamp para aktivis yang dianggap terlibat peristiwa 1965. Kemudian rumah itu menjadi markas Pelaksana Khusus Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban. Kemudian rumah itu menjadi markas Pelaksana Khusus Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Laksus Kopkamtib) yang dibentuk oleh Soeharto pada 10 Oktober 1965, Lembaga yang dipimpin Ali Murtopo itu merupakan lembaga kebal hukum untuk menjaga stabilitas politik Orde Baru.

Pada tahun 1988 Soeharto membubarkan Kopkamtib dan menggantinya dengan Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional (Bakorstranas). Banyak tempat penyiksaan yang sudah berubah fungsi. Ada yang menjadi kantor, pertokoan, dan gedung-gedung pemerintah. Namun ada juga yang digusur, seperti rumah tahanan Nirbaya Taman Mini Indonesia Indah, tempat yang pernah digunakan untuk menahan Hariman Siregar dan Rahman Tolleng usai Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) 1974 ini sudah tidak ada lagi.

Foto Jadul

(foto: instagram.com/matapadi)

Markas Besar Tentara Nasional Indonesia di Cilangkap merupakan bekas sekolah pertanian milik Barisan Tani Indonesia. Tempat ini juga pernah digunakan untuk menyiksa anggota PKI. Rumah Tahanan Wanita Bukit Duri, dulunya adalah tempat penyiksaan anggota Gerakan Wanita Indonesia, tetapi kini telah menjadi pertokoan. Tidak banyak orang tahu bahwa banyak aktivis perempuan yang pernah disiksa di tempat itu.

Rumah Effendi Saleh, mantan aktivis Serikat Buruh Unilever, pada tahun 1960-an juga diambil tentara dan dijadikan tempat penyiksaan. Sekarang rumah itu sudah dibeli oleh Rumah Sakit Saint Carolus Jakarta. Begitu juga rumah Sri di Jalan Bungur Besar XVII Nomor 10 B, juga diambil seorang perwira berpangkat mayor. Rumah itu sudah diambil alih tahun 1965 ketika ia dan keluarganya sedang berada di luar kota.

Salah satu tempat penyiksaan yang paling sadis adalah rumah di Jalan Gunung Sahari IV, Jakarta Pusat. Hampir semua mantan tahanan politik 1965 pernah merasakan kejinya penyiksaan di tempat itu.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement