Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Musim Sunat di Filipina, Ribuan Anak Jalani Ritual Kedewasaan Secara Massal

Rahman Asmardika , Jurnalis-Kamis, 20 Juni 2019 |18:36 WIB
Musim Sunat di Filipina, Ribuan Anak Jalani Ritual Kedewasaan Secara Massal
Foto: AFP.
A
A
A

MANILA - Sederet anak laki-laki berbaring di meja yang dilapisi dengan koran berteriak kesakitan sambil menggertakan gigi sebagai bagian dari musim sunat di Filipina, saat di mana ribuan anak laki-laki menjalani ritual itu secara massal.

Diwartakan AFP, Filipina memiliki angka sunat pria tertinggi di dunia. Warga Filipina meyakini prosedur pemotongan kulup itu adalah sebuah ritual yang menandakan peralihan menuju masa dewasa yang telah dilakukan selama berabad-abad.

Praktek sunat telah diawasi secara ketat di seluruh dunia, dengan sebagian orang menyebutnya sebagai salah satu bentuk penyiksaan pada anak, sunat jarang sekali menjadi permasalahan dan dipertanyakan di Filipina.

Setiap tahunnya, ribuan anak laki-laki dari keluarga yang kurang mampu akan menjalani proses penyunatan secara gratis di klinik yang disponsori pemerintahan atau komunitas.

Vladimir Vincent Arbon merupakan salah satu dari 1.500 anak laki-laki yang menjalani kegiatan ini di salah satu kota di dekat Manilia. Vladimir mengatakan:

“Saya berteriak sepanjang proses penyunatan karena saya merasa sangat kesakitan,” kata Vladimir Vincent Arbon, salah satu dari 1.500 anak yang ikut serta dalam kegiatan itu kepada AFP.

“Ibu saya mengatakan bahwa saya perlu disunat agar bisa tumbuh lebih tinggi dan menjadi pria sejati,” tambah bocah berusia 11 tahun itu dengan raut muka yang tertekan seperti yang dihadapi oleh anak-anak lainnya

Seorang ibu yang bernama Joana Nobleza mengatakan bahwa “disunat merupakan esensi penting untuk menjadi seorang pria, dan hal tersebut perlu dilakukan.” Putra Joana, Carlos telah menjalani prosedur penyunatan.

Pada April dan Mei beberapa orang tua dengan anak laki-lakinya menunggu di antrian panjang dengan gelisah. Banyak yang diberikan obat bius namun bagi beberapa anak rasa sakit masih dirasakan dengan jelas. Selain itu mereka juga diberikan antibiotik untuk mencegah kemungkinan infeksi.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekira 90 persen pria di Filipina disunat karena alasan di luar alasan keagamaan.

Pria di Filipina mendapat tekanan untuk disunat, bahkan kata “tidak disunat” dalam bahasa tagalog adalah kata hinaan yang memiliki arti serupa dengan “pengecut”.

Profesor Romeo Lee dari universitas De La Salle mengatakan tentang istilah “supot” dalam penelitiannya tentang tradisi, yang berarti bahwa seseorang berbeda dari yang lainnya dan pengecut karena tidak berani untuk mengalami rasa sakit dan kecemasan.

Menurut Nestor Castro seorang antropolog, awal munculnya tradisi sunat dapat ditarik dari kedatangan Islam pada tahun 1450. Namun, setelah Filipina menjadi negara mayoritas Kristen selama 300 tahun di bawah penjajahan Spanyol praktek sunat bertahan sebagai sebuah ritual budaya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement