Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Dipecat karena Ungkap Pungli, Ini Pesan "Cinta" Guru Rumini untuk Airin

Hambali , Jurnalis-Selasa, 02 Juli 2019 |03:08 WIB
Dipecat karena Ungkap Pungli, Ini Pesan
Guru Rumini (foto: Hambali/okezone)
A
A
A

TANGERANG SELATAN - Dipecat sebagai salah satu guru honorer di SDN Pondon Pucung 02, Pondok Aren, Tangerang Selatan (Tangsel), tak lantas membuat Rumini (44) patah arang mengungkap adanya praktik Pungutan liar (Pungli) di sekolah tempatnya dulu mengajar.

Rumini tebilang sosok guru yang bersahaja, dia tinggal di kontrakan sederhana yang terletak di Jalan Salak, RT04 RW07, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Dia terbiasa menanggung kebutuhan hidup seorang diri, setelah dikabarkan bepisah dari sang suami.

Okezone beberapa kali sempat berbicara panjang lebar dengan Rumini. Dari soal kehidupan keluarga, aktifitas mengajar, hingga alasan kuat kenapa dia begitu 'keras' menyebut adanya praktik Pungli serta penyimpangan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) maupun Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDa) di SDN Pondok Pucung 02.

Surat pemecatan dirinya ditandatangani pada 3 Juni 2019 lalu dengan nomor : 567/2452-Disdikbud. Surat itu merujuk pada surat Pelaporan dan Permohonan Pemecatan dari Kepala SDN Pondok Pucung 02 bernomor : 421.1/015/SP/PP02/2019, tanggal 14 Mei 2019.

"Itu risiko buat saya, dipecat. Saya tahu banyak sebenarnya orang tua murid yang terbebani dengan pungutan-pungutan itu, tapi mereka juga nggak bisa berbuat apa-apa. Masyarakat banyak yang berusaha keras memasukkan anaknya di sekolah negeri, harapannya itu karena ada keringanan biaya, ditanggung pemerintah," kata dia, Senin (1/7/2019).

Guru Rumini

Menurut Rumini, ada oknum yang terbiasa "bermain" Pungli di SDN Pondok Pucung 02. Disebutkannya, praktik seperti itu tak mencuat lantaran ada persekongkolan antara pegawai di sekolah dengan mereka yang bertugas di dinas terkait.

"Praktik itu (Pungli) sudah berlangung bertahun-tahun. Setiap ada yang bersuara mempertanyakan langsung ditegur, jadi nggak ada yang berani mengkritisi. Kalau seperti itu, berarti nggak mungkin hanya 1 atau 2 orang, pasti banyak oknum yang terlibat," tuturnya.

Rumini sendiri mengaku tak rela dunia pendidikan dikotori oleh ulah oknum-oknum mafia anggaran. Dia pun menitip pesan "Cinta" kepada Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany beserta jajaran, agar mencintai dunia pendidikan tak terbatas pada ucapan belaka.

"Moto Tangsel itu kan Cerdas, Modern, dan Religius. Bagaimana anak-anak mau cerdas, kalau buku-buku saja tidak dibelikan. Saya berharap dengan kejadian ini, Ibu Wali Kota Airin dan jajaran lebih terbuka lagi, lebih sering memantau hal itu dari sekolah ke sekolah," ujarnya.

"Jangan hanya menerima laporan saja, biasanya laporan itu kan pasti kebanyakan bilangnya baik, berjalan baik, tidak ada masalah, padahal kalau dicek masalahnya banyak," pesannya kepada Wali Kota Airin.

Kebanyakan, sambungnya, saat seseorang menyuarakan kebenaran, intimidasi kerap datang. Bahkan, hal tersebut dirasakannya hingga disambangi seseirang ke rumah.

"Kasihan loh orang tua murid, jangankan mereka, keluarga saya sendiri korban disambangi satu-persatu. Mudah-mudahan di Kota Tangsel tidak akan pernah terjadi lagi, cukup saya, Rumini, terakhir kali yang terzolimi dari arogansi pihak sekolah," ujar Rumini dengan mata berlinang air mata.

(Angkasa Yudhistira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement