"Sebagai orangtua kami tidak mau masa depan anak seperti itu. Ditambah dia orangnya pendiam dan pemalu juga, nggak mau kemana-mana, hanya di rumah terus. Kemarin itu sebelum dirawat, ibunya sering nangis karena anaknya hanya main game terus, sampai-sampai nggak sekolah, nggak keluar rumah karena malu sama lingkungannya karena gak sekolah, akhirnya dia keasikan main game itu," paparnya.
Usai menjalani perawatan selama 2 minggu lebih, Yuda akhirnya diperbolehkan pulang. Bagio bersyukur anaknya bisa pulih kembali dan mulai menunjukkan hal-hal positif.
"Alhamdulillah, yang pertama terpenting jiwanya itu sudah pelan-pelan pulih. Contohnya dia sudah mau keluar rumah, berani salat ke musala, tidak malu lihat orang, pokoknya sudah agak mandiri. Yang penting lagi dia ibadahnya bagus. Memang sekarang masih main game, tapi teratur, dibatasi. Kalau siang 1,5 jam kalau malam 1 jam," ujarnya.
Menyadari kesalahannya terdahulu, Bagio kini lebih bijak dalam mengawasi sang anak bermain gadget. Masalah yang dialami ia jadikan sebagai pelajaran hidup yang berharga, yang bisa menjadikannya orangtua yang lebih baik.
"Memang sih ya salah saya dari awal terlalu memberikan kebebasan kepada anak sehingga jadi ketergantungan sama game. Makanya sebenarnya pendidikan agama itu harus utama, penggunaan gadget harus dibatasi, tanpa itu nanti seperti yang dulu. Memang tetap main, cuma dibatasi," pungkasnya.
(Khafid Mardiyansyah)