Dana tersebut diklaim jumlahnya sangat besar dan akan dibagikan untuk kesejahteraan masyarakat. Begitu juga para pengurusnya akan mendapatkan honor yang nilainya fantastis. Tapi fakta yang diterimanya bertolak belakang.
“Jangankan dapat gaji, selama ini saya nombok. Untuk sewa mobil, makan dan iuran,” jelasnya.
Terkait dengan keraton, Sudadi mengaku tidak pernah tahu ikhwal lahirnya. Dia hanya diminta datang untuk deklarasi sekaligus formalitas sebagai rangkaian mencairkan dana. Hanya saja untuk ikut harus membeli baju seragam yag mencapai Rp2 juta. Selain baju juga ada celana, topi dan juga beberapa lambang dan tanda kehormatan.
“Sebelum ke sana saya pernah juga menghadiri ritual di Prambanan, Dieng,” terangnya.
Sudadi sendiri mengaku tidak tahu menahu dengan keraton tersebut. Hanya dengan Totok dia cukup akrab semasa sama-sama mengurusi KKP Dec.
(Khafid Mardiyansyah)