KAMPUNG BEO - Warga Kampung Beo di Distrik TiploL-Mayalibit resah akan aksi pencurian tulang belulang tentara Jepang oleh orang-orang tidak bertanggung jawab di sejumlah goa yang merupakan spot wisata sejarah di kampung tersebut.
Lokasi sejumlah goa tentara Jepang ini tak jauh dari tempat pendaratan tentara sekutu saat Perang Dunia II di Kampung Arawai, Kabupaten Raja Ampat. Lokasi-lokasi tersebut dapat ditempuh dengan speedboat dari Kampung Beo, sekitar 15 sampai 20 menit.
Ratusan tulang belulang tentara Jepang tersebut dicuri, diduga diperdagangkan ke Kota Sorong dan beberapa kota besar di Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri.
Ratusan tulang belulang tentara Jepang itu sebelumnya berhasil dikumpulkan dari sejumlah goa di Kampung Beo oleh warga setempat dan di atur rapi pada sejumlah tempat dan dijadikan spot wisata sejarah. Namun akibat dicuri, jumlah tulang belulang tersebut makin sedikit jumlahnya.
Tulang- tulang tersebut diduga adalah kerangka tentara jepang yang menjadi korban tentara sekutu saat Perang Dunia II sekitar 1944 di Raja Ampat. Sejumlah goa di daerah Teluk Mayalibit pada zaman itu pernah dijadikan tempat persembunyian tentara Jepang.
Menurut tokoh masyarakat setempat, Bahri Wawiyai, tulang yang ditemukan di dalam goa berupa tengkorak, rusuk, kaki dan tangan manusia. Awalnya saat ditemukan warga setempat tulang-tulang itu masih utuh dan jumlahnya cukup banyak.
“Dulu di sini kami temukan tulang belulang sangat banyak, dan ini adalah tulang belulang tentara Jepang, mereka dulu bersembunyi di sejumlah goa-goa di sekitar sini karena diserang oleh tentara sekutu, tulang-tulang belulang di sini sangat banyak, puluhan hingga bahkan ratusan.” kata Bahri.
Selain tulang belulang manusia tentara Jepang, di dalam goa-goa tersebut itu juga ditemukan ribuan peluru serta sejumlah peralatan tempur dan alat-alat logisitik yang diduga milik tentara Jepang.
“Di sini dulu kami masih dapat logistik perang, berupa alat-alat persenjataan tentara Jepang, ada ribuan butir peluru, pakaian tentara Jepang masih utuh dan lengket dengan tulang belulang, namun orang-orang tidak bertanggung jawab ini, mereka datang ke sini dan ambil semuanya, sekarang tinggal sedikit. Kami sedih sekali dengan kondisi ini, karena waktu itu kami temukan, kami susun baik, kami buat lokasi ini jadi spot wisata sejarah, tapi ada tangan-tangan nakal, yang datang mengambilnya lalu bawa ke sorong untuk dijual” kesalnya. Bahri memperkirakan masih banyak tulang-tulang lainnya di dalam goa itu, namun harus digali karena sudah tertanam.