2. Kadipaten Paku Alaman
Keraton Paku alaman sempat menjadi tempat tinggal resmi para Pangeran Paku Alaman sejak tahun 1813-1950. Keraton ini merupakan sebuah istana kecil apabila dibandingkan dengan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Awal berdirinya keraton ini yaitu saat Sultan Hamengku Buwono II bertemu dengan Letnan Gubernur Jenderal Raffles dan Crawfurd di penopo keraton yang masih utuh pasca-serangan Inggris.
Dalam pertemuan itu, Raffles mengumumkan aneksasi Kedu dan sepertiga bagian wilayah timur (mancanegara) Yogyakarta sebagai pembayaran ganti rugi atas biaya operasi militer Inggris yang baru dilakukan, termasuk kekayaan keraton yang dijarah oleh tentara.
Di samping itu, Raffles menyampaikan pengukuhan Notokusumo sebagai Pangeran Merdeka atau Paku Alam I. Namun, dalam hal tersebut, belum disertai tentang tanah jabatan Paku Alam, karena kesulitan memetakan batas tanah yang akan diberikan dengan tanah milik Sultan.
Alasan lainnya, sebagian besar tanah jabatan Paku Alam sebelumnya, terdapat di wilayah Kedu yang diambil alih oleh Inggris. Penunjukan Notokusumo sebagai Paku Alam merupakan balas jasa Inggris akan ketidakberpihakan dalam peristiwa penyerbuan ke keraton dan sebagai tanda persahabatan antara Raffles dan Notokusumo.
3. Kasultanan Surakarta Hadiningrat
Surakarta atau Solo memiliki satu keraton yang jadi tempat tinggal atau istana resmi Kasunanan Surakarta, yang nama lengkapnya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Berada di Kota Surakarta, Jawa Tengah, bangunan keraton didirikan oleh Susuhunan Pakubuwana II pada 1744 sebagai pengganti dari Keraton Kartasura yang hancur akibat geger pecinan di tahun 1743.
Setelah diresmikan, dan istana Kerajaan Mataram pun selesai dibangun, nama desa tersebut akhirnya diubah menjadi Surakarta Hadiningrat. Dimana istana ini menjadi saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Sunan PB II kepada VOC di tahun 1749.