Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Mereka yang Kesulitan Mendapatkan Ranjang di Rumah Sakit Akibat Wabah Virus Korona

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Minggu, 16 Februari 2020 |09:55 WIB
Kisah Mereka yang Kesulitan Mendapatkan Ranjang di Rumah Sakit Akibat Wabah Virus Korona
Pasien virus korona di Wuhan, China. (Foto/Peoples Daily)
A
A
A

Ia menulis di Weibo, media sosial seperti Twitter di China: "Kakek, beristirahatlah dengan tenang. Tidak ada lagi rasa sakit di surga."

"Banyak pasien meninggal tanpa ditemani anggota keluarga dan bahkan tidak bisa saling melihat untuk terakhir kalinya."

Kini neneknya tengah berjuang melawan sakit di rumah sakit, dan Huang menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengannya.

"Obat-obatannya tidak ada yang efektif. Dokter mengatakan kepada saya untuk tidak berharap, dan menurut dokter nenek saya harus berjuang sendiri," katanya.

"Kami hanya menyerahkannya kepada takdir."

Sejak 7 Februari, Xiao Huang merasa tidak enak badan dan sekarang telah dikarantina selama dua minggu di sebuah hotel.

'Ia mulai batuk darah' - Da Chun

Pada awal Januari, Da Chun menceritakan ibunya terserang demam. Awalnya keluarga menyangka ia hanya terkena flu. Mereka sudah mendengar sedikit tentang penyakit misterius yang secara diam-diam menyebar di kota yang berpenduduk 11 juta itu.

Namun sudah seminggu demamnya tidak juga mereda, meski ia sudah disuntik di klinik. Pada tanggal 20 Januari, di hari yang sama ketika otoritas China mengaku bahwa virus korona bisa ditularkan antarmanusia, ia membawa ibunya ke klinik rawat jalan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang menderita demam.

Setelah melihat hasil pemindaian di dada dan tes darah, dokter memberi tahu mereka bahwa ibunya telah terinfeksi virus korona baru.

"Hingga kini, saya masih tidak percaya," kata Da Chun.

Namun kabar buruk kembali datang. Dokter mengatakan ibunya, 53 tahun, tidak bisa dirawat di rumah sakit karena mereka tidak memiliki alat tes untuk mengonfirmasi diagnosis. Peralatan tes hanya tersedia di delapan rumah sakit yang telah ditetapkan pada akhir Januari.

"Dokter dari rumah sakit tersebut mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak memiliki hak untuk merawat ibu saya. Ini adalah komisi kesehatan setempat yang mengalokasikan tempat tidur untuk kasus-kasus yang dikonfirmasi," kata perempuan berusia 22 tahun itu. "Jadi, dokter tidak bisa melakukan tes virus corona untuk memastikan apakah ibu saya terjangkit, dan tidak bisa menyediakan tempat tidur untuknya."

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement