PONTIANAK – Bagi warga pedalaman di Kalimantan Barat, ladang adalah simbol penghidupan. Ini bukan cerita tentang pemenuhan kebutuhan pangan semata, karena lebih dari itu. Ladang dinilai sebagai manifestasi budaya leluhur dan sumber ketahanan pangan bagi masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari, berladang tidak hanya dilakoni kalangan pria, tapi juga kaum perempuan. Berdasarkan hasil Survei Pertanian Antarsensus (Sutas) 2018, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kalimantan Barat sebanyak 2.580.585 jiwa yang dibagi menjadi 1.319.864 laki-laki dan 1.260.721 perempuan.
Kondisi yang ada di lapangan, keterlibatan perempuan sebagai peladang tidak kalah penting dibanding laki-laki. Mereka terlibat dalam aktivitas berladang, mulai pembersihan dan penyiapan lahan, pembenihan, penyemaian, perawatan, sampai pada proses pemanenan dan penggilingan padi.
Tidak hanya itu, kaum perempuan juga menjadi manajemen bagi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan agar bisa tercukupi hingga masa panen mendatang.
Sebaliknya, perempuan tidak hanya berperan memenuhi kebutuhan pangan. Mereka juga berperan penting dalam mengelola lingkungan, seperti menjaga sumber air dan segala aspek kehidupan yang memengaruhi masyarakat lainnya.