KAIRO - Perdana Menteri (PM) Mesir mengutuk sekelompok warga desa yang menolak penguburan seorang dokter yang dilaporkan meninggal dengan karena virus corona (COVID-19). PM Mustafa Madbouli menyebut apa yang dilakukan warga desa itu "memalukan".
Madbouli juga menelepon langsung suami dari dokter itu untuk meminta maaf “atas nama rakyat Mesir”.
Pihak berwenang telah menangkap 23 orang terkait insiden yang terjadi di Shubra el-Bahou di Delta Sungai Nil. Mereka diyakini takut jasad orang yang meninggal karena Covid-19 akan menyebarkan virus itu setelah dikubur.
Dokter Sonia Abdelazim (64), meninggal pada Jumat (10/4/2020) setelah dilaporkan positif terinfeksi virus corona baru yang menyebabkan penyakit Covid-19. Laporan itu dibantah oleh saudara lelaki sang dokter yang mengatakan saudarinya meninggal karena pneumonia.
Ketika dia dibawa untuk dimakamkan, penduduk menolak untuk mengizinkan ambulans yang mengangkut jenazah almarhum untuk memasuki kuburan.
Menurut laporan media yang dilansir BBC, polisi dipanggil dan menembakkan gas air mata untuk membubarkan para pengunjuk rasa, sebelum pemakaman itu dapat terjadi.
Mereka yang ditangkap akan ditahan selama 15 hari sementara penyelidikan dilakukan.
Insiden ini telah dikecam secara luas oleh publik Mesir, dengan Jaksa Penuntut Umum Hamada el-Sawy menggambarkannya sebagai "tindakan teroris".
Ulama Muslim Sunni senior Mesir, Sheikh Ahmed al-Tayeb, mengatakan apa yang terjadi adalah "hal terjauh dari moral, kemanusiaan dan agama" dan menyerukan untuk mengakhiri "stigma penyakit".
Mesir yang merupakan negara terpadat di Timur Tengah telah memperkenalkan serangkaian tindakan pembatasan, termasuk jam malam, untuk mencoba menghentikan penyebaran virus corona. Sejauh ini negara itu telah melaporkan 159 kematian akibat penyakit ini, dan lebih dari 2.000 kasus.
(Rahman Asmardika)