Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Akademisi IPB : Surplus Defisit Pangan Antar-Wilayah Tak Masalah Asal Distribusi Lancar

Akademisi IPB : Surplus Defisit Pangan Antar-Wilayah Tak Masalah Asal Distribusi Lancar
foto:ist
A
A
A

JAKARTA - Simpang siur berbagai pemberitaan tentang wilayah surplus defisit pangan saat ini menjadi perbincangan yang seksi di tengah pandemi virus corona (COVID- 19). Pemerintah menjamin 11 kebutuhan bahan pokok nasional dalam kondisi aman dan terkendali, yakni beras, daging sapi dan ayam, minyak goreng, telur, bawang putih, bawang merah, aneka cabai dan gula.

Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi mengatakan, data surplus dan defisit pangan ini perlu diluruskan supaya pemahaman tepat dan tidak simpangsiur. Namun yang paling penting adalah masalah teknis berproduksi dan distribusi antar wilayah karena Indonesia secara archipelago merupakan negara kepulauan sehingga tidak relevan jika diseret ke ranah politik.

“Indonesia itu negara kepulauan dengan sumber alam berbeda beda. Sejak dulu, sudah puluhan tahun, sudah terbentuk sentra-sentra pangan, tidak merata seluruh Indonesia. Ada daerah yang surplus dan ada juga defisit, namun secara nasional surplus. Karena itu, penataan alur distribusi menjadi penting," ujar Prima Gandhi di Bogor, Jumat (1/5/2020).

Menurutnya, arah kebijakan pemerintah sudah tepat membangun pertanian berdasarkan agroekosistem, keunggulan komparatif dan kompetitif wilayah, sehingga diperoleh efisiensi dalam berproduksi, kawasan berskala ekonomi, tidak kecil kecil terpencar-pencar. Hasilnya sudah ada pangan cukup, tapi aspek distribusi supaya efisien guna memasok pangan bagi seluruh penduduk.

"Kini sudah kita lihat bersama, sudah terbentuk sentra pemasok pangan, seperti Pulau Jawa, Sumatera kecuali Kepri dan Babel, Kalimantan kecuali Kaltara, Sulawesi, Bali, NTB itu lumbung beras memasok seluruh wilayah," ungkapnya.

Pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, IPB ini menegaskan dengan luas baku sawah 7,4 juta hektar bisa ditanami dua atau tiga kali setahun cukup memenuhi kebutuhan 2,5 juta ton beras perbulannya. Justru yang menjadi pekerjaan rumah terbesar adalah menyelesaikan sistem distribusi dan sistem logistik ke wilayah kepulauan.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement